Page 148 - Orang Indonesia dan Tanahnya
P. 148

C. Van Vollenhoven  109
              ketenteraman hati penduduk, agar supaya mereka suka
              membantu kita dengan suatu kerja sama.
                 Mengapakah tiga puluh lima tahun yang lalu timbul
              kerusuhan di beberapa daerah di Batak? Mengapa dua puluh
              tahun lamanya terjadi suatu kekacauan agraria di distrik-distrik
              Lampung dan Minahasa? Mengapa selama tahun 1918 terus
              menerus terjadi kegelisahan dan rintihan-rintihan di Silinding
              Batak, yang disebabkan karena penguasaan pemerintah atas
              tanah-tanah yang tidak dibudidayakan?
                 Karena penduduk tetap menganggap tanah-tanah yang
              tidak dibudidayakan tersebut ada di dalam kekuasaan suku-
              suku atau federasi-federasi (baca: desa-desa atau gabungan
              desa-desa) sebagaimana sejak dahulu, dan tidak mengakui hak
              yang melulu ada di dalam tangan pemerintah dalam masalah
              pemberian tanah. Dari beragam tempat datang keluhan-keluhan
              semacam itu. Misalnya, apakah sebab penduduk Serdang di
              Sumatera Timur tidak mau menghentikan rintihan-rintihannya
              sejak tanah-tanahnya diberikan kepada pengusaha-pengusaha
              perkebunan sebagai konsesi-konsesi pertanian? Apakah
              sebabnya gubernur Sumatera Timur terpaksa menutup Tanah-
              Karo bagi para pengusaha pertanian bangsa Eropa? Maka,
              apakah sebabnya sebuah delegasi Batak pergi menghadap
              Gubernur Jenderal? Maka masih beranikah para birokrat
              menganggap, bahwa semua ini hanya hasutan-hasutan dari
              pegawai-pegawai yang telah dipecat secara tidak hormat, atau
              sebagai suatu kejahatan tanpa sesuatu sebab?
   143   144   145   146   147   148   149   150   151   152   153