Page 122 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 122

Resonansi Landreform Lokal ...  109

              garap tanah tersebut.
                  Sebagaimana di Desa Ngandagan, di Desa Karanganyar hak
              garap atas tanah sawah seluas 90 ubin itu juga diberikan kepada
              perangkat Desa Karanganyar. Dengan adanya petani penggarap
              yang berasal dari unsur masyarakat dan perangkat desa, maka
              ronda dan kerigan yang dilaksanakan dapat terkoordinasi
              dengan baik. Sebagai contoh, kelompok ronda setiap malam di
              Desa Karangnyar selalu melibatkan penggarap dari unsur masya-
              rakat dan unsur perangkat desa. Bahkan penggarap dari unsur
              perangkat desa diberi tugas sebagai koordinator, agar memu-
              dahkan koordinasi kelompok tersebut dengan Pemerintah Desa
              Karanganyar. Kondisi ini sekaligus membantu masyarakat dan
              Pemerintah Desa Karanganyar membangun harmoni sosial, yang
              oleh masyarakat dikenal dengan istilah guyub (rukun).
                  Keberadaan tanah buruhan desa, sebagai hasil resonansi
              landreform lokal ala Desa Ngandagan di Desa Karanganyar, juga
              telah banyak membantu kesejahteraan masyarakat Desa
              Karanganyar. Sejak diperkenalkan oleh R. Sosro Wardjojo pada
              tahun 1947, landreform lokal yang diberlakukan di Desa
              Karanganyar, terus menerus dipertahankan hingga saat ini
              (tahun 2012). Kepala Desa Karanganyar yang silih berganti sejak
              R. Sosro Wardjojo, lalu Saminah, kemudian Tjipto Sutarmo,
              dan akhirnya Suyono, tetap mempertahankan landreform lokal.
              Kondisi ini terwujud melalui dukungan dan dorongan masya-
              rakat Desa Karanganyar.
                  Dalam rangka mempertahankan manfaat landreform lokal
              secara terus menerus, masyarakat melakukan perubahan atas
              jenis tanaman yang ditanam di sawah dan pekarangan, agar
              tanah yang tersedia tetap mampu memberikan manfaat opti-
              mal. Sebagai contoh, pada tahun 1965, tanah sawah di Desa
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127