Page 145 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 145
132 Aristiono Nugroho, dkk.
sebagai deviasi. Oleh karena tidak mudah dikenali sebagai
deviasi, maka masyarakat Desa Karanganyar seringkali tidak
mampu melihatnya. Hal ini memberi dampak positif, karena
tidak ada pihak yang mendapat label sebagai deviant, akibatnya
para pihak yang terlibat dalam landreform lokal termotivasi
sebagai pihak yang tidak boleh melakukan deviasi.
Apabila ada salah satu anggota kelompok yang terlibat
dalam landreform lokal di Desa Karanganyar, yang tergoda untuk
melakukan deviasi, maka ia akan terlebih dahulu memperhatikan
situasi dan kondisi kekinian. Pada awalnya orang tersebut akan
melakukan konformitas terlebih dahulu, yaitu melakukan penye-
suaian dan mengikuti tujuan dan cara-cara yang telah berlaku
di masyarakat dalam penerapan landreform lokal. Selanjutnya
bila orang tersebut merasa, bahwa norm-norma yang berlaku
tidak sesuai dengan nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan kein-
dahan yang diyakininya; maka ia akan melakukan inovasi, yaitu
ikhtiar yang berfokus pada pencapaian tujuan, meskipun dengan
norma-norma yang berbeda dengan yang dianut masyarakat.
Apabila kemudian terjadi dialog antara orang tersebut dengan
masyarakat, maka sebagai bentuk penghormatan kepada masya-
rakat, ia akan melakukan cara-cara yang dapat diterima oleh
masyarakat, dengan tetap fokus pada tujuan dilakukannya
landreform lokal. Tetapi, apabila orang tersebut menerima cara-
cara yang digunakan masyarakat, tetapi ia menolak tujuan yang
ditetapkan oleh masyarakat, maka ia layak disebut sebagai
“penganut ritualisme”. Hal ekstrim yang terjadi adalah ketika
orang tersebut menolak tujuan dan cara yang ditempuh masya-
rakat untuk hidup lebih adil, sejahtera, dan mampu mewujudkan
harmoni sosial. Sementara itu, puncaknya ekstrim adalah saat
orang tersebut menyatakan menolak tujuan, dan ingin menggan-