Page 147 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 147
134 Aristiono Nugroho, dkk.
sama yaitu keadilan, kesejahteraan, dan harmoni sosial; sehingga
mereka sampai pada kesimpulan bahwa sarana yang dapat digu-
nakan adalah landreform lokal.
Sebagai suatu kebijakan lokal, maka landreform lokal mem-
butuhkan dukungan masyarakat Desa Karanganyar, yang
meliputi partisipasi para kulian, buruh kulian, dan masyarakat
pada umumnya. Para kulian berpartisipasi dengan memberi hak
garap atas tanah sawah kepada buruh kulian, sedangkan para
buruh kulian berpartisipasi dengan menerima hak garap atas
tanah sawah serta melaksanakan kewajibannya, yang berupa
ronda malam dan kerjabakti. Dengan partisipasi semacam ini
dapatlah diketahui, bahwa para pihak yang terlibat landreform
lokal memiliki ikatan sosial yang tinggi, sehingga dapat mence-
gah mereka dari tindakan deviasi. Oleh karena itu, agar landreform
lokal dapat terus menerus dipertahankan, dan tidak terjadi de-
viasi, maka perlu dilakukan penguatan ikatan sosial antar para
pihak yang terlibat dalam landreform lokal. Ikhtiar ini perlu
dilakukan, karena seseorang yang terlepas ikatan sosialnya
cenderung melakukan deviasi. Dengan kondisi seperti ini, maka
Pemerintah Desa Karanganyar perlu berperan sebagai lembaga
kontrol yang menjaga agar ikatan sosial tetap utuh dan kuat.
Ikatan sosial yang ada pada para pihak yang terlibat dalam
landreform lokal di Desa Karanganyar memiliki empat unsur,
yaitu: Pertama, attachment, yaitu kemampuan para pihak un-
tuk berinteraksi atau membangun interkoneksi satu sama lain.
Misalnya interkoneksi terjadi ketika buruh kulian mampu berin-
teraksi dengan kulian, pemerintah desa, dan masyarakat pada
umumnya. Kedua, commitment, yaitu keterikatan para pihak
pada sistem dan tata nilai yang telah dibangun sejak tahun 1947
hingga saat ini, yang berkaitan dengan landreform lokal. Misalnya