Page 142 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 142

Resonansi Landreform Lokal ...  129

              cayaan diri masyarakat. Untuk itu, pada awal munculnya landre-
              form lokal, masyarakat diajak untuk mengenali kemiskinan yang
              mereka alami, dan menilai pengaruh kemiskinan tersebut terha-
              dap mereka. Selanjutnya masyarakat juga diajak mengenali
              potensinya, yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kemis-
              kinan, misalnya berupa ikhtiar agar panen hasil-hasil pertanian
              dapat berlangsung dengan baik. Ketika potensi yang ada di
              masyarakat dipandang belum memadai, maka diperlukan ban-
              tuan dari instansi terkait. Saat itulah Pemerintah Desa Karang-
              anyar menjadi fasilitator penghubung, yang menghubungkan
              masyarakat dengan instansi pemberi bantuan.
                  Pemberian akses pada buruh kulian untuk menggarap tanah
              sawah yang bukan miliknya, yang kemudian dikenal dengan
              istilah hak garap, merupakan kebijakan lokal yang mencakup
              beberapa aspek, sebagai berikut: Pertama, sebagai upaya pena-
              taan struktural penguasaan tanah di Desa Karangnyar yang lebih
              adil, sehingga dapat menjamin hak masyarakat atas tanah.
              Kedua, sebagai upaya peningkatan pendapatan masyarakat,
              yang dilakukan melalui optimalisasi pemanfaatan hak garap atas
              tanah sawah yang berada pada buruh kulian. Ketiga, mendorong
              keterlibatan kelompok tani dalam mendukung peningkatan
              produktivitas tanah sawah yang digarap oleh buruh kulian.
                  Sebagaimana diketahui, buruh kulian tidak boleh melaku-
              kan deviation atau deviasi (penyimpangan) atas norma sosio-
              ekonomi yang ada dalam landreform lokal, yaitu: (1) produk-
              tivitas tinggi; (2) kesuburan terjaga; dan (3) kewajiban terpenuhi,
              seperti kerja bakti dan ronda malam. Dalam beberapa literatur
              sosiologi, deviasi seringkali dimaknai sebagai perilaku yang ada
              pada sejumlah orang yang melampaui batas-batas toleransi.
              Oleh karena itu, dalam konteks penerapan landreform lokal di
   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147