Page 169 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 169
156 Aristiono Nugroho, dkk.
garap atas tanah buruhan desa bagi buruh kulian. Selain itu,
juga diperoleh dampak positif bagi masyarakat Desa Karang-
anyar pada umumnya, di mana berhasil diwujudkan pertanahan
yang adil, makmur, damai, dan sejahtera versi lokal atau versi
masyarakat Desa Karanganyar, sebagaimana tertuang dalam
Surat Keputusan Kepala Desa Karanganyar Nomor 141/101/2031/
XI/2001 yang diterbitkan tanggal 15 Nopember 2001.
Dalam konteks Desa Karanganyar, landreform lokal telah
menimbulkan perubahan sosial (social change), yang berbasis
pada perubahan struktur penguasaan tanah. Perubahan sosial
adalah perbedaan antara kondisi sekarang dan kondisi sebe-
lumnya, yang berkaitan dengan aspek-aspek sosial. Perubahan
sosial yang terjadi di Desa Karanganyar sebagai dampak pene-
rapan landreform lokal, antara lain tersusunnya struktur pengu-
asaan tanah yang baru (sejak tahun 1947 sampai saat ini), yang
melibatkan buruh kulian. Pada kondisi sebelumnya (sebelum
1947), petani (anggota masyarakat Desa Karanganyar) yang tidak
memiliki tanah sawah, tidak dapat mengakses atau menggarap
tanah sawah, kecuali dengan status sebagai buruh tani atau
melalui perjanjian bagi hasil. Tetapi setelah diterapkannya
landreform lokal (setelah tahun 1947), maka petani yang tidak
memiliki tanah sawah, dapat mengakses atau menggarap tanah
sawah sebagai penggarap, yang tidak tergolong sebagai perjan-
jian bagi hasil. Para petani memperoleh hak garap atas tanah
sawah seluas 90 ubin, dan menikmati seluruh hasil panennya,
dengan kewajiban melaksanakan kerjabakti dan ronda malam
bagi kepentingan Desa Karanganyar.
Perubahan sosial yang terjadi di Desa Karanganyar bukan-
lah perubahan yang bersifat materialistik, melainkan perubahan
yang bersifat idealistik. Perubahan yang bersifat materialistik,