Page 167 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 167

154   Aristiono Nugroho, dkk.

            berikutnya. Pada intinya Kepala Desa Karanganyar melakukan
            proses “pendampingan” kepada kulian dan buruh kulian, agar
            mereka dapat melaksanakan landreform lokal. Khusus bagi buruh
            kulian, mereka dibukakan aksesnya terhadap tanah sawah yang
            dimiliki oleh kulian. Sementara itu, para kulian dimobilisir agar
            bersedia menyerahkan hak garapnya atas tanah sawah yang dimi-
            liki kepada para buruh kulian. Pendekatan ini dilakukan, karena
            pada hakekatnya masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok
            yang masing-masing mempunyai kepentingan yang berbeda-
            beda. Buruh kulian memiliki kepentingan untuk mendapat akses
            atas tanah sawah yang dimiliki para kulian, sedangkan kulian
            memiliki kepentingan untuk menjadi bagian dari masyarakat
            Desa Karanganyar yang dikenal guyub (rukun). Sesungguhnya
            pendekatan ini dapat pula dikenali sebagai pendekatan penya-
            daran, yaitu pendekatan yang menyadarkan para pihak (kulian
            dan buruh kulian) tentang peran dan kepentingan masing-ma-
            sing, yang dapat diwujudkan secara harmoni.
                Penerapan landreform lokal di Desa Karanganyar, sekaligus
            juga merupakan kritik terhadap program-program pembangunan
            yang selama ini selalu diturunkan dari atas atau top down, dimana
            masyarakat hanya tinggal melaksanakan saja. Dengan pem-
            bangunan bergaya top down, maka proses  perencanaan pro-
            gram tidak melalui suatu penjajagan kebutuhan atau need asses-
            ment masyarakat, melainkan lebih sering dilaksanakan hanya
            berdasarkan asumsi, survei, studi atau penelitian lembaga-lem-
            baga formal yang tidak “mengenal” kondisi masyarakat. Akibat-
            nya program yang ditetapkan tidak relevan dengan kebutuhan
            masyarakat, dan masyarakatpun tidak merasa terlibat dan tidak
            merasa memiliki terhadap program itu.
                Sesungguhnya dengan partisipasi masyarakat keadaan itu
   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172