Page 165 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 165
152 Aristiono Nugroho, dkk.
nya ada pelibatan kulian dan buruh kulian dalam konteks land-
reform lokal, meskipun tetap dalam koordinasi Pemerintah Desa
Karanganyar.
Ketika dampak resonansi landreform lokal ala Desa Ngan-
dagan di Desa Karanganyar telah dirasakan oleh 76 kepala
keluarga yang menerima tanah buruhan desa, dan terpenuhinya
kepentingan masyarakat Desa Karanganyar pada umumnya
melalui kerja bakti dan ronda malam yang dilakukan oleh buruh
kulian, maka sesungguhnya telah terjadi pemberdayaan masya-
rakat melalui landreform lokal. Ada tiga tahapan yang telah dilalui
oleh landreform lokal hingga mampu bertahan sampai saat ini.
Tahapan-tahapan itu adalah, sebagai berikut: Pertama, tahap
inisiasi, di mana semua proses berawal dari Pemerintah Desa
Karanganyar, yang dalam hal ini dilakukan oleh Kepala Desa
Karanganyar pada tahun 1947. Pada saat itu masyarakat hanya
melaksanakan hal-hal yang direncanakan dan diinginkan oleh
Kepala Desa Karanganyar. Oleh karena itu, segala sesuatu yang
berkaitan dengan landreform lokal sangat bergantung pada
Pemerintah Desa Karanganyar, yang dalam hal ini adalah Kepala
Desa Karanganyar.
Kedua, tahap partisipatoris, di mana kegiatan landreform
lokal yang diterapkan di Desa Karanganyar, meskipun berasal
dari Pemerintah Desa Karanganyar, namun telah melibatkan
masayarakat. Hal ini mewujud ketika masyarakat Desa Karang-
anyar memiliki kesadaran tentang pentingnya landreform lokal,
terutama dalam membangun harmoni sosial yang berbasis
keadilan penguasaan tanah sawah. Sebagai kegiatan yang diini-
siasi oleh Pemerintah Desa Karanganyar demi kepentingan
masyarakat, maka pelibatan masyarakat dalam pelaksanaan
kegiatannya merupakan landasan yang kuat bagi keberlanjutan