Page 188 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 188
Resonansi Landreform Lokal ... 175
tanah negara pada zaman kolonial (Hindia Belanda), yang dibe-
rikan kepada desa sebagai milik desa, untuk digunakan sebagai
padang penggembalaan.
Setelah memperhatikan keenam konsepsi hak atas tanah
menurut hukum adat, maka diketahui bahwa tanah buruhan
desa dan yang terkait dengannya mirip dengan tanah gogolan.
Berdasarkan hukum adat diketahui, bahwa tanah gogolan meru-
pakan tanah komunal milik persekutuan masyarakat setempat/
desa. Sementara itu, berdasarkan adat yang dibangun oleh
masyarakat Desa Karanganyar tanah buruhan desa merupakan
tanah milik anggota masyarakat yang menyerahkan hak garap
atas tanah sawahnya kepada Pemerintah Desa Karanganyar, un-
tuk diredistribusikan kepada petani Desa Karanganyar yang tidak
memiliki tanah sawah. Sebagaimana pemegang hak gogolan
pada umumnya, maka para penggarap tanah buruhan desa, ber-
hak menggunakan tanah tersebut, dengan kewajiban memikul
beban-beban penuh dari desanya, seperti ronda malam, kerigan,
dan membayar PBB atas tanah yang digarapnya. Hanya saja,
kalau pada tanah gogolan penggarapan atas tanahnya secara
bergiliran akan memberi kesempatan pada penggarapnya untuk
memperoleh hak pakai melalui konversi, maka tidak demikian
halnya dengan tanah buruhan desa. Berdasarkan adat yang
dibangun oleh masyarakat Desa Karanganyar, maka tanah bu-
ruhan desa akan tetap menjadi tanah buruhan desa. Sementara
itu, sampai kapanpun penggarap akan tetap hanya mempunyai
hak garap atas tanah buruhan.
Segenap uraian yang telah disajikan menunjukkan adanya
dampak resonansi landreform lokal ala Desa Ngandagan di Desa
Karanganyar bagi elit Desa Karanganyar, yang antara lain:
Pertama, ada kesempatan bagi elit desa untuk menerapkan