Page 191 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 191

178   Aristiono Nugroho, dkk.

            berbasis pertanahan. Semangat kontribusi ini juga mendorong
            elit Desa Karanganyar memberikan perlindungan dan keber-
            pihakan pada pihak yang lemah, yaitu petani yang tidak memiliki
            tanah sawah.
                Dengan demikian penerapan empat prinsip pengelolaan
            pertanahan lokal (adil, makmur, damai, dan sejahtera) oleh elit
            desa, pada akhirnya memberi kesempatan bagi elit desa untuk
            turut menikmati tanah buruhan desa, dengan tetap terjaganya
            situasi dan kondisi harmoni di Desa Karanganyar. Hal ini seka-
            ligus menunjukkan keberhasilan pendekatan elit desa terhadap
            masyarakat desa, sehingga dapat meredam kompleksitas dan
            dinamika perubahan tani dan petani dari masa ke masa. Tidak
            lagi dapat dipungkiri, bahwa semua ini memerlukan rekayasa
            sosial yang tepat, yang memiliki akar budaya yang sama dengan
            budaya lokal. Oleh karena itu, landreform lokal merupakan salah
            satu rekayasa sosial yang tepat bagi masyarakat lokal. Rekayasa
            sosial memerlukan rekonstruksi sosial berupa penataan ulang
            penguasaan tanah, agar lebih banyak petani yang mampu meng-
            akses tanah bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya.
                Ketika pada tahun 1947 Kepala Desa Karanganyar meng-
            gagas landreform lokal, setelah mengetahui pencanangan hal
            serupa di Desa Ngandagan, sesungguhnya hal ini merupakn
            tindakan intervensi sosial. Masyarakat Desa Karanganyar yang
            saat itu tanpa daya dan tanpa kreasi dalam mengatasi kesen-
            jangan penguasaan dan pemilikan tanah, terpaksa menerima
            intervensi sosial sebagai kebutuhan utama dalam memenuhi
            rasa keadilan dalam penguasaan dan pemilikan tanah. Land-
            reform lokal yang digagas tetap melindungi kepemilikan tanah
            yang ada, namun berikhtiar menata ulang penguasaan tanahnya.
            Saat itulah elit desa berhasil menawan hati masyarakat, karena
   186   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196