Page 23 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 23

10    Aristiono Nugroho, dkk.

            (Undang-Undang Pokok Agraria) yang lahir pada tanggal 24
            September 1960. Setelah UUPA lahir, maka undang-undang ini
            menjadi dasar bagi diterbitkannya berbagai ketentuan land-
            reform. Sebagaimana diketahui landreform, merupakan salah satu
            upaya untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi, dan psiko-
            logis petani. Oleh karena itu tujuan landreform meliputi: Perta-
            ma, tujuan sosial, yang terdiri dari: (1) mengakhiri sistem tuan
            tanah yang mengeksploitir petani penggarap dan buruh tani,
            (2) mengakhiri pemilikan tanah yang luas atau yang melampaui
            batas maksimum pemilikan tanah, dan (3) mengadakan pemba-
            gian atas tanah secara adil; Kedua, tujuan ekonomi, yaitu
            memperbaiki kondisi ekonomi petani, dengan memperkuat
            relasi legal antara petani dengan tanahnya, yang biasa disebut
            “penguatan asset”, serta memperbaiki produksi pertanian agar
            dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, yang
            biasa disebut “pemberian akses”; Ketiga, tujuan psikologis, yaitu
            meningkatkan gairah atau semangat petani yang telah memiliki
            relasi legal yang kuat dengan tanahnya.
                Program landreform secara nasional meliputi: Pertama,
            pembatasan luas maksimum pemilikan tanah. Kedua, larangan
            pemilikan tanah secara guntai atau absentee. Ketiga, redistri-
            busi tanah, yang hanya boleh dilakukan atas tanah kelebihan
            dari batas maksimum, tanah absentee, tanah swapraja dan tanah
            bekas swapraja, serta tanah yang dikuasai langsung oleh negara.
            Keempat, pengaturan yang berkaitan dengan pengembalian
            tanah pertanian yang digadaikan. Kelima, pengaturan kembali
            perjanjian bagi hasil. Keenam, penetapan luas minimum pemi-
            likan tanah pertanian disertai larangan untuk melakukan perbu-
            atan yang mengakibatkan pemecahan pemilikan tanah pertanian
            menjadi bagian-bagian yang terlampau kecil.
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28