Page 49 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 49
36 Aristiono Nugroho, dkk.
ini biasa disebut sebagai “ikatan konvensional”, yang membawa
dampak berupa munculnya gejala egalitarian antar pihak-pihak
yang terlibat dalam landreform lokal.
Tekanan penduduk, dan tekanan ekonomi telah memaksa
masyarakat Desa Karanganyar menoleh kembali (dan terus
menerus) pada formula tahun 1947, yaitu landreform lokal. Se-
mentara itu, kondisi eksternal juga gagal melepaskan ikatan
paradigmatik antara masyarakat Desa Karanganyar dengan
landreform lokal. Justru kondisi eksternal dan internal semakin
menguatkan semangat masyarakat untuk menerapkan land-
reform lokal, sehingga nampak sebagai keinginan sendiri, senga-
ja, dan sukarela. Kondisi ini menunjukkan, bahwa masyarakat
Desa Karanganyar merupakan realitas sosial yang solid, karena
sikap, tindakan, dan perilakunya didasarkan pada ide bersama
(misal: landreform lokal). Hubungan antar para pihak (kulian,
buruh kulian, pemerintah desa, dan masyarakat umum) dipandu
oleh gagasan bersama, dan perturan yang berlaku di Desa
Karanganyar. Dengan demikian konflik sosial dapat dihindari,
karena adanya kesepakatan untuk menerapkan landreform lokal
sebagai suatu konsensus sosial (social consciousness).
Penerapan landreform lokal di Desa Karanganyar memper-
lihatkan adanya kondisi paradoks, di mana pada satu sisi para
pihak berupaya memperjuangkan kepentingannya masing-
masing, namun pada sisi lain para pihak justru bekerjasama
memperjuangkan kepentingan bersama. Kondisi paradoks
menunjukkan rasionalitas para pihak ketika membangun inter-
koneksi dalam konteks landreform lokal, yang dibangun
berdasarkan pemikiran dan pengalaman para pihak. Meskipun
posisi para pihak bersifat struktural, di mana buruh kulian
berada pada alas struktur, namun semangat guyub menjadikan