Page 62 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 62
Resonansi Landreform Lokal ... 49
memberdayakan masyarakat, terutama bagi petani di desa
tersebut yang tidak memiliki tanah sawah, dengan meredistri-
busikan hak garap atas tanah sawah. Dengan kata lain redis-
tribusi hak garap merupakan bentuk pemberdayaan (empower-
ment) dalam rangka memberdayakan (empowering) petani yang
tak memiliki tanah sawah. Tindakan ini (pemberdayaan) meru-
pakan depowerment terhadap mistifikasi manajemen sosial,
sehingga diperoleh pemikiran rasional dalam manajemen sosial.
Redistribusi hak garap merupakan bentuk pemberdayaan
yang substansinya meliputi emansipasi (pembebasan) dan seka-
ligus perengkuhan terhadap segala kekuasaan dan penguasaan.
Secara filosofis pemberdayaan bertujuan untuk membebaskan
manusia, atau masyarakat dari sebuah kungkungan kekuasaan
yang melingkupinya. Untuk itu diperlukan suatu proses yang
disebut empowerment of the powerless (pemberdayaan bagi yang
tak berdaya), yang menghormati kekhasan lokal, dekonsentrasi
kekuatan, dan peningkatan kemandirian. Sebagaimana diketahui
redistribusi hak garap atas tanah sawah di Desa Karanganyar
merupakan bentuk penghormatan: (1) kekhasan lokal, karena
tindakan ini berbeda dengan redistribusi tanah dan landreform
yang dilakukan secara nasional; (2) dekonsentrasi kekuatan,
ketika pemilik tanah sawah yang relatif luas dikurangi keku-
asaannya dengan penyerahan hak garap seluas 90 ubin atas
setiap 250 ubin tanah sawah yang dimilikinya; dan (3) pening-
katan kemandirian, di mana petani yang tidak memiliki tanah
sawah mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dengan meman-
faatkan hak garap atas tanah yang diperolehnya.
Dengan redistribusi hak garap atas tanah, maka dapat diwu-
judkan pembagian kekuasaan yang adil (equitable sharing of
power), sehingga dapat meningkatkan kesadaran politik dan