Page 90 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 90
Resonansi Landreform Lokal ... 77
tidak terlalu tinggi) sudah di atas garis kemiskinan, namun masih
rentan terhadap perubahan sosial di sekitarnya, sehingga sering-
kali berpindah dari kelompok rentan miskin menjadi kelompok
miskin.
Pemahaman tentang kemiskinan juga mendapat sumbang
pikir dari Muhammad Yunus, yang menerima Hadiah Nobel
Perdamaian pada tahun 2006. Muhammad Yunus menjelaskan,
bahwa kemiskinan dapat dianalogikan dengan “bonsai”. Keker-
dilan bonsai bukan karena bibitnya buruk. Bibit pohon terbesar
di hutan, ketika ditanam sebagai bonsai, maka akan mengha-
silkan tanaman yang kerdil. Sistem bonsai-lah yang telah mem-
buat tanaman itu menjadi kerdil. Kemiskinan juga begitu, bukan
sifat bawaan seseorang yang menyebabkannya menjadi miskin,
melainkan sistem yang berlaku atasnya-lah yang telah memis-
kinkan dia. Oleh karena itu kemiskinan harus diatasi dengan
mengganti sistem yang memiskinkan dengan sistem yang
mensejahterakan.
Kemiskinan di Desa Karanganyar tercermin pada data yang
menyatakan, bahwa hanya ada 94 orang yang tercatat sebagai
pemilik tanah di desa ini, yang luasannya bervariasi mulai dari
0,20 Ha hingga 5,00 Ha. Ketika 94 orang ini diasumsikan sebagai
kepala keluarga, maka dapatlah dikatakan bahwa wilayah Desa
Karanganyar didominasi kepemilikannya hanya oleh 52,51 %
warganya. Sementara itu 47,49 % warga Desa Karanganyar
adalah keluarga yang tidak memiliki atau menguasai tanah.
Beruntung pada tahun 1947 Kepala Desa Karanganyar mengga-
gas inovasi sosial, meskipun gagasan itu merupakan resonansi
inovasi sosial dari Desa Ngandagan. Inovasi sosial yang dimak-
sud adalah landreform lokal yang diterapkan di Desa Karanganyar
sejak tahun 1947 hingga saat ini.