Page 109 - Konstitusionalisme Agraria
P. 109

berubah menjadi UU No. 15 Tahun 1962 tentang Kewajiban
            Peusahaan Minyak Memenuhi Kebutuhan Dalam Negeri. Pada
            periode ini, pemerintah tidak anti dengan perusahaan swasta
            asing. Meskipun telah ada nasionalisasi sejumlah perusahaan asing,
            terutama perusahaan Belanda, pemerintah tidak menutup peluang
            untuk kerjasama dengan perusahaan asing, misalkan dengan Pan
            American International Oil Corporation. Bahkan pada tahun 1958
            telah ada UU No. 78 Tahun 1958 tentang Penanaman Modal Asing.
            Kebijakan untuk menerima modal asing ditempuh dengan sangat
            hati-hati. Beberapa usaha dinyatakan tertutup untuk modal asing
            di dalam undang-undang tersebut, antara lain: (a) Kereta Api; (b)
            Telekomunikasi; (c) Pelayaran dan penerbangan dalam negeri;
            (d) Pembangkitan tenaga listrik; (e) Irigasi dan air minum; (f)
            Pabrik mesiu dan senjata; (g) Pembangkit tenaga atom; dan (h)
            Pertambangan bahan-bahan vital, tertutup bagi modal asing.
                 Pada masa itu, perjanjian karya dengan perusahaan asing
            dikuatkan dengan undang-undang, misalkan UU No. 13 Tahun 1963
            tentang Penetapan Perpu No. 4 Tahun 1962 tentang Pengesahan
            “Perjanjian Karya” antara Perusahaan Negara Pertamina Pan
            American Indonesia Oil Company untuk diri sendiri dan atas
            nama Pan America Internasional Oil Corporation menjadi undang-
            undang. Kemudian pengesahan perjanjian dengan Caltex dalam
            UU No. 14 Tahun 1963 tentang Pengesahan “Perjanjian Karya”
            antara PN. Pertamina dan PT. Caltex Indonesia dan California
            Asiatic Oil Company (CALASIATIC) Texaco Overseas Petroleum
            Company (TOPCO); PN. Pertamina dengan PT. Sanvac Indonesia,
            PN. Permigan dan PT. Sheel Indonesia.
                 Serangkaian kebijakan pertambangan yang telah dibuat oleh
            pemerintahan pada periode 1945-1966 menunjukan bahwa sudah
            sejak masa Orde Lama pemerintah sudah “melirik” pertambangan
            sebagai salah satu sumber pendapatan negara. Jadi agak keliru
            bila ada beranggapan bahwa Orde Baru-lah rezim yang petama-
            tama melahirkan kebijakan eksploitasi pertambangan. Hanya saja
            memang berbeda, pada periode 1945-1965, kebijakan pertambangan
            masih berorientasi pada upaya menumbuhkan kekuatan nasional


               78     Konstitusionalisme Agraria
   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114