Page 138 - Konstitusionalisme Agraria
P. 138

berujung kepada pergantian pemerintahan dari Soekarno kepada
            Soeharto. Oleh militer, PKI dituduh sebagai dalang peristiwa naas
            tersebut. Kekuatan politik militer yang direpresentasikan dengan
            kehadiran Soeharto yang menerima Surat Perintah 11 Maret 1966
            dan A. H. Nasution yang menjadi Ketua MPRS mendorong transisi
            pemerintahan secara berangsur-angsur. Ben Anderson (1971) dan
            Baskara T. Wardaya (2007) menyebut transisi pemerintahan pada
            masa itu sebagai “kudeta merangkak” (creeping coup d’etat).  Sebuah
                                                                  24
            dokumen yang ditulis oleh Benedict Anderson, dkk yang berjudul A
            Preliminary Analysis of the October 1, 1965, Coup in Indonesia pada
            tahun 1971 merupakan dokumen pertama yang membantah G30S
            versi Soeharto. Dalam dokumen yang dikenal dengan Cornell Paper
            itu dipaparkan berbagai manipulasi peristiwa G 30 S oleh militer
            pendukung Soeharto dan juga membahas tentang kudeta merangkak
            (Creeping Coup D’etat) Soeharto terhadap Soekarno.
                 Pergantian pemerintahan terjadi secara berangsur-angsur.
            Dimulai dengan Surat Perintah 11 Maret 1966 yang diperkuat oleh
            MPRS dengan mengeluarkan TAP MPRS No.  IX/MPRS/1966 tentang
            Surat Perintah Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata
            Republik Indonesia/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris MPRS.
            Salah satu diktum dari ketetapan itu adalah mempercayakan
            kepada Letnan Jenderal Soeharto, Menteri Panglima Angkatan
            Darat, pemegang ketetapan tersebut, untuk memikul tanggung
            jawab wewenang yang terkandung didalamnya dengan penuh
            kebijaksanaan, demi pengamanan usaha-usaha mencapai tujuan
            Revolusi dan demi kebulatan serta kesatuan Bangsa dalam
            mengemban Amanat Penderitaan Rakyat, berdasarkan Undang-
            Undang Dasar 1945.
                 TAP  MPRS  tersebut  merupakan upaya  awal untuk
            mendelegitimasi kekuasaan Soekarno. Selanjutnya MPRS
            mengeluarkan TAP MPRS No. XXXI/MPRS/1966 tentang Penggantian
            Sebutan “Paduka Yang Mulia” (PYM), “Yang Mulia” (YM), “Paduka



                 24 Dengan judul  yang  sama, baru-baru ini  salah  satu  putri Soekarno, Sukmawati
            Soekrnoputri membuat buku  dengan judul:  Creeping Coup D’etat  (2011) untuk
            menggambarkan kudeta yang dilakukan secara berangsur-angsur tersebut.

                    Konstitusi Agraria dan Penggunaannya dalam Tiga Rezim Pemerintahan     107
   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143