Page 146 - Konstitusionalisme Agraria
P. 146

Pada bidang agraria dikeluarkan UU No. 5 Tahun 1967
            tentang Ketentuan Pokok Kehutanan dan UU No. 11 Tahun
            1967 tentang Ketentuan Pokok Pertambangan. UU Kehutanan
            merupakan undang-undang pertama pada masa itu yang sebagian
            ketentuannya masih mengikuti substansi hukum kolonial, yaitu
            Boschordonantie voor Jawa en Madoera 1927. UU Kehutanan 1967
            sama sekali tidak menyinggung keberadaan UUPA dan lebih parah
            lagi ia menghidupkan kembali Prinsip Domein Verklaring yang
            menentukan bahwa negara adalah pemilik lahan hutan dan Menteri
            Kehutanan memiliki kewenangan untuk menentukan wilayah
            mana saja yang termasuk ke sebagai kawasan hutan (Fauzi, 2012:41).
            Penghapusan secara resmi Boschordonantie voor Jawa en Madoera
            1927 baru dilakukan oleh undang-undang pengganti UU No. 5 Tahun
            1967, yaitu UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Meskipun telah
            dicabut, isi dari undang-undang baru ini masih memberlakukan
            Prinsip Domein Verklaring.
                 Sementara itu, UU No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok
            Pertambangan merupakan undang-undang yang menggantikan UU
            No. 37 Tahun 1960 tentang Pertambangan. Bila UU Pertambangan
            lama lebih mengutamakan peranan negara dalam pengelolaan
            pertambangan secara langsung, pada UU Pertambangan baru
            malah sebaliknya. Di dalam penjelasan umum UU Pertambangan
            baru disebutkan bahwa: “Masyarakat menghendaki kepada pihak
            swasta diberikan kesempatan melakukan penambangan, sedangkan
            tugas pemerintah ditekankan pada usaha pengaturan, bimbingan
            dan pengawasan pertambangan”. Kemudian pada dekade 1970-an
            pemerintah mengeluarkan UU No. 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan
            Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara.
                 Kehadiran dua undang-undang pokok di bidang agraria
            pada permulaan Orde Baru tersebut bukan saja sebagai bentuk
            penyimpangan terhadap amanat UUPA, melainkan juga sebagai bentuk
            penerapan fragmentasi  pengaturan agraria yang sebelumnya sudah
                                 25


                 25 Istilah  fragmentasi diambil dari  istilah  biologi yang  berarti  pembiakan aseksual
            dengan jalan membelah menjadi beberapa bagian,  setiap belahan  dapat berkembang
            menjadi organisme baru (KBBI, 1990:224).

                    Konstitusi Agraria dan Penggunaannya dalam Tiga Rezim Pemerintahan     115
   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151