Page 166 - Konstitusionalisme Agraria
P. 166

Soeharto diundang untuk berpidato di depan wakil-wakil dari 165
            negara anggota Food and Agriculture Organisation (FAO) pada
            tahun 1984. Pada bulan Juli 1986, Direktur Jenderal FAO, Eddouard
            Saouma menyebut Soeharto sebagai lambang perkembangan
            pertanian Internasional. Dia datang ke Jakarta untuk menyerahkan
            penghargaan berupa medali emas FAO. Medali yang terdiri dari dua
            jenis, yakni yang berukuran kecil dan satunya lebih besar, berukiran
            timbul bergambar Soeharto dengan tulisan “President Soeharto
            Indonesia” dan sisi lain bergambar seorang petani yang sedang
            menanam padi, bertuliskan “From Rice Importer to Self-Sufficiency”.


























              Presiden Soeharto bersama Ibu Tien Soeharto dalam suatu acara panen padi


                 Namun program ini menimbulkan sejumlah permasalahan.
            Luthfi dalam buku Melacak Sejarah Pemikiran Agraria Sumbangan
            Mazhab Bogor mengelompokan kritik dari sebagian akademisi
            Institute Pertanian Bogor dan aktivis yang berbasis di Bogor
            mengenai program pertanian ini (Luthfi, 2011:72-9). Pertama, terjadi
            diferensiasi sosial dimana kesenjangan antara petani kaya dan petani
            miskin (buruh dan tuna kisma) semakin melebar. Program ini hanya
            menguntungkan petani yang memiliki lahan lebih dari setengah
            hektar yaitu petani kaya dan aparatur pemerintah desa yang mengelola


                    Konstitusi Agraria dan Penggunaannya dalam Tiga Rezim Pemerintahan     135
   161   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171