Page 333 - Konstitusionalisme Agraria
P. 333

persengketaan ini. UU Pemerintahan Daerah menentukan bahwa
            yang menjadi urusan pemerintahan pusat meliputi tujuh urusan,
            yaitu: politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan
            fiskal nasional, serta agama. Namun menurut Mahkamah Konstitusi
            yang menjadi urusan Pemerintah Pusat tidak terbatas pada tujuh hal
            tersebut saja. Dalam hal kehutanan, UU No. 41 Tahun 1999 tentang
            Kehutanan mengatur bahwa pemerintah  pusat  memiliki  wewenang
            untuk  menetapkan  status  wilayah tertentu sebagai kawasan hutan
            atau kawasan hutan sebagai bukan kawasan hutan [vide Pasal 4 ayat
            (2) UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan]. Menurut Mahkamah
            Konstitusi, kewenangan  pemerintah  pusat  ini  didasarkan  pada
            Pasal  33 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan, “Bumi dan air dan
            kekayaan alam yang terkandung  di  dalamnya  dikuasai  oleh  negara
            dan  dipergunakan  untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat” yang
            kemudian dijabarkan dalam Pasal 4 ayat  (1)  Undang-Undang
            Nomor  41  Tahun  1999  tentang  Kehutanan  yang menyatakan,
            “Semua  hutan  di  dalam  wilayah  Republik  Indonesia  termasuk
            kekayaan  alam  yang  terkandung  di  dalamnya  dikuasai  oleh
            Negara  untuk sebesar-besar  kemakmuran  rakyat“.
                 Dengan  demikian,  menurut  Mahkamah Konstitusi, tidak  ada
            kewenangan  konstitusional  yang  dipersengketakan  sebagaimana
            ditentukan dalam Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf
            b UU MK,  dan Pasal  3  ayat  (2)  PMK  08/2006 tentang Pedoman
            Beracara dalam Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga
            Negara. Mahkamah Konstitusi melanjutkan,  seandainya  pun  benar
            telah  terjadi sengketa antara Pemohon dan Termohon, maka terhadap
            sengketa demikian bukanlah  kewenangan  Mahkamah  untuk
            memeriksa,  mengadili,  dan memutusnya, dikarenakan sengketa
            tersebut bukanlah sengketa kewenangan yang mana kewenangannya
            diberikan oleh UUD 1945. Oleh karena itu, permasalahan yang
            disengketakan tidak termasuk dalam objectum litis sebagai sengketa
            kewenangan konstitusional yang penyelesaiannnya dilakukan oleh
            Mahkamah Konstitusi.
                 Meskipun demikian, di dalam Putusan ini Mahkamah Konstitusi
            memberikan arahan kepada para pihak dengan menyatakan bahwa:


               302     Konstitusionalisme Agraria
   328   329   330   331   332   333   334   335   336   337   338