Page 344 - Konstitusionalisme Agraria
P. 344

Karya. Dengan pertimbangan tersebut di atas, adalah negara
                 yang mempunyai  kewajiban  untuk  promosi  kepentingan
                 nasional,  dan  bukan  warga negara atau badan hukum yang
                 dikendalikan oleh warga negara. Oleh karenanya  Pemerintah
                 menjadi  wajib  secara  konstitusional  untuk  memiliki  saham
                 divestasi PT. NNT.


            3.   Kewajiban konstitusional negara
                 Selanjutnya Hakim Konstitusi Harjono dan Maria Farida Indarti
                 berpendapat bahwa negara menjadi wajib secara konstitusional
                 untuk merealisaikan pre-emptive right dengan cara mengambil
                 saham PT. NNT karena hanya dengan cara demikian tujuan
                 Pasal 24 Kontrak Karya, yaitu promosi kepentingan nasional,
                 dapat dilakukan. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya,
                 terhadap kewajiban negara yang bersifat “given” atau tak
                 terelakkan, tugas Presiden bersama DPR adalah menyiapkan
                 alokasi anggarannya dalam APBN. Bahkan, seandainya terjadi
                 kekurangan dana untuk memenuhi kewajiban tersebut,  dapat
                 dilakukan dengan penyusunan anggaran defisit. Kewajiban
                 negara untuk menyediakan dana bagi proses divestasi PT. NNT
                 bukanlah suatu tindakan yang dilakukan atas dasar Pasal  24
                 ayat  (7) UU No. 17 Tahun 2003, tetapi merupakan kewajiban
                 konstitusional dan tidak dilakukan untuk melakukan
                 penyelamatan perekonomian nasional, dan juga bukan
                 dimaksudkan untuk sekadar melakukan penyertaan modal
                 kepada perusahaan swasta.
                       Dalam usaha untuk memenuhi kewajiban konstitusional
                 negara tersebut, Presiden dapat  menggunakan  kewenangan
                 sebagai  Kepala  Pemerintahan  berdasarkan Pasal  6  ayat  (1)  UU
                 No. 17  Tahun  2003  yang  menyatakan, “Presiden  selaku  Kepala
                 Pemerintahan  memegang  kekuasaan  pengelolaan keuangan
                 negara  sebagai  bagian  dari  kekuasaan  pemerintahan”.
                 Dengan kewenangan  ini Presiden dapat menggunakan  sumber
                 keuangan yang tersedia untuk memenuhi kewajiban konstitusi
                 negara yang laporan penggunaannya akan disampaikan kepada


                                      Konstitusi Agraria dan Mahkamah Konstitusi     313
   339   340   341   342   343   344   345   346   347   348   349