Page 52 - Konstitusionalisme Agraria
P. 52

rekonstitusionalisasi agraria (bab II buku ini). Perubahan tersebut
            dipengaruhi oleh peranan aktor-aktor utama seperti Mohammad
            Hatta dan Soepomo. Kemudian pada amandemen UUD 1945 yang
            berlangsung pada 1999-2002, perubahan konstitusi agraria Indonesia
            pada Pasal 33 UUD 1945 ditambah dengan dua ayat sebagai bentuk
            kompromi dari pertarungan antara kelompok ekonom kerakyatan
            dengan ekonom neoliberal.
                 Ketiga, norma konstitusi agraria Indonesia yang dirumuskan
            dalam Pasal 33 UUD 1945 merupakan refleksi keresahan agraria
            yang terjadi akibat kolonialisme yang berabad lamanya. Oleh
            karena itu pula, konseptualisasi Hak Menguasai Negara (HMN)
            di dalam UUPA 1960 sebagai pelaksanaan norma konstitusi tidak
            dapat dilepaskan dari semangat anti kolonialisme dan nasionalisme
            yang tumbuh seiring dengan terbentuknya negara baru (bab III
            buku ini). Konsepsi HMN merupakan penegasan bahwa hanya
            negara Indonesia yang paling berkuasa atau berdaulat atas tanah
            air Indonesia, bukan penjajah, perusahaan asing maupun raja-
            raja pribumi. Konsepsi HMN sejalan pula dengan upaya unifikasi
            hukum yang mengintegrasikan aturan dan hak-hak rakyat di bawah
            kekuasaan negara dimana negara dianggap sebagai pengemban
            hak atau subjek hukum yang mempertahankan haknya itu dari
            rongrongan pihak luar.
                 Keempat, konsepsi HMN yang memberikan peran besar
            kepada negara untuk menguasai tanah dan menentukan hubungan
            hukum antara orang dengan tanah telah dimanfaatkan oleh rezim
            Orde Baru guna menopang pembangunan yang bersandarkan
            kepada modal swasta, bukan lagi dengan mengandalkan kekuatan
            rakyat sebagaimana diupayakan oleh rezim sebelumnya. Rezim
            Orde Baru menggunakan HMN sebagai dalih untuk merampas
            tanah-tanah rakyat untuk pembangunan yang  kemudian
            melahirkan gerakan perlawanan petani di berbagai daerah.
            Gerakan-gerakan tersebut menjadikan konsepsi HMN sebagai salah
            satu sasaran kritik (bab IV buku ini). Hal ini menunjukan bahwa
            meskipun bersandar pada UUD 1945 dan UUPA 1960 yang sama,
            kebijakan antara dua rezim politik dapat berbeda jauh.


                                                 Wacana Konstitusi Agraria     21
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57