Page 50 - Konstitusionalisme Agraria
P. 50

setelah reformasi tidak lagi menggunakan konsep HMN. Demikian
            pula dalam berbagai putusan Mahkamah Konstitusi dalam menguji
            undang-undang di bidang tanah dan sumber daya alam lainnya,
            terminologi hak menguasai negara sudah mulai ditinggalkan. Oleh
            karena itu, di dalam buku ini HMN hanya diposisikan sebagai
            salah satu konsep yang ada dalam tahapan perkembangan konsepsi
            penguasaan negara atas tanah dan sumber daya alam lainnya.
                 Kedua, penelitian terdahulu umumnya memfokuskan kajian
            agraria sebagai tanah (pertanian). Kecuali Abrar Saleng yang
            membahas konsepsi dan pelaksanaan kebijakan agraria dalam sektor
            pertambangan. Buku ini membahas agraria dalam pengertian yang
            luas, yang tidak terbatas pada pertanahan saja. Namun agar tidak
            terlalu melebar, maka sektor agraria yang dicakupi oleh penelitian
            ini meliputi pertanahan, perkebunan, kehutanan dan pertambangan.
            Pada beberapa bagian juga akan dibahas sekilas perkembangan
            kebijakan pada sektor kelautan dan lingkungan hidup.
                 Ketiga, periodisasi waktu dan pendekatan. Buku ini membagi
            periode kebijakan agraria yang merupakan penggunaan terhadap
            konstitusi agraria dalam tiga rezim pemerintahan, yaitu Pertama,
            periode pemerintahan Presiden Soekarno (1945-1966). Secara
            formal Presiden Soekarno diangkat pada 18 Agustus 1945 dan
            diberhentikan oleh MPRS pada tanggal 12 Maret 1967, namun
            secara substansial peralihan tampuk kekuasaan tersebut telah
            dimulai sejak dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966. Kedua,
            periode pemerintahan Presiden Soeharto (1966-1998). Ketiga,
            periode pemerintahan setelah Presiden Soeharto (1998-2012). Pada
            periode terakhir ini ada beberapa presiden antara lain BJ. Habibie,
            Abdurahman Wahid, Megawati Soekarno Putri dan Susilo Bambang
            Yudhoyono.
                 Pembagian ke dalam tiga rezim pemerintahan itu dapat
            disandingkan dengan perkembangan tiga semangat zaman (zeitgeist)
            dari masing-masingnya (Bdk Fauzi, 1999; Rachman, 2012). Periode
            1945-1966 dapat pula disebut sebagai periode dimana semangat
            nasionalisme sedang menguat. Meskipun pada masa itu terdapat
            berbagai paham politik, namun semangat nasionalisme yang anti-


                                                 Wacana Konstitusi Agraria     19
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55