Page 122 - Konflik Agraria Urutsewu: Pendekatan Ekologi Politik
P. 122
aksi Pasowanan Agung merupakan aksi untuk menolak latihan
uji coba senjata. Berikut penuturan Manijo dari Mirit Petikusan:
“[...] tetapi ini masalahnya lain. Kalau di sini masalahnya pasir besi,
kalau di sana militer. Itu pun diikutkan dalam media. Sebetulnya,
kita enggak jadi ikut karena: satu, karena masalahnya lain. Kedua,
karena sini sudah dikasih saran dari Pak Bupati supaya membuat
pernyataan dilampiri materai itu.
Menurut Koordinator FPPKS, Seniman, warga Kecamatan
Mirit tidak bergabung di aksi tersebut karena adanya ancaman
dan intimidasi. Bukan hanya warga Kecamatan Mirit, anggota
FPPKS juga mendapat ancaman serupa melalui pesan singkat
seluler. Selain itu, ada isu bahwa warga Kecamatan Mirit akan
melakukan demo sendiri. Seniman mengatakan bahwa ada
beberapa orang yang masuk ke Mirit dan mengatakan bahwa
FPPKS tidak membawa kepentingan Kecamatan Mirit.
Absennya warga Kecamatan Mirit dalam aksi 23 Maret 2011
menyebabkan cacatnya gerakan petani dalam menyampaikan
tuntutannya pada pemerintah kabupaten Kebumen. Bahkan,
aksi FPPKS ini dilihat sebagian pihak sebagai aksi untuk menolak
wilayah pertahanan, bukan penambangan. Pendapat seperti ini
muncul dari Miftahul Ulum, anggota Komisi D DPRD. Padahal,
subtansi dari aksi tersebut adalah menuntut kawasan pesisir
selatan Kebumen dijadikan sebagai wilayah pertanian dan
pariwisata.
Meski tanpa kehadiran warga Mirit, aksi Pasowanan Agung
tetap dilakukan dan diikuti oleh warga Kecamatan Buluspesantren
dan Ambal. Selain masyarakat, aksi juga diikuti oleh elemen-
elemen lain, seperti LPH YAPHI Solo, PMII Sekolah Tinggi Agama
Islam Nahdlatul Ulama Kebumen, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan Institute for Social Strengthening
Studies (INDIPT). INDIPT turut mengeluarkan pernyataan sikap
Pola Interaksi Antaraktor 97