Page 91 - Konflik Agraria Urutsewu: Pendekatan Ekologi Politik
P. 91
ngaler ne wong tani. Lha jaman riyin, masyarakat diwastani kuli
niku wong tani. Kidul saniki kagemane Angkatan Darat, riyin
kompeni. Wetan pisan, watese Setrojenar dipasang pal. Meniko
rikolo tahun . Dina bulan tanggale kulo kesupen.
“Sekarang, sebelah utara adalah milik masyarakat, sebelah selatan
milik TNI AD. Dari petugas klangsir, batas tanah Tanggul Angin
dan Ayam Putih ditandai dengan pal sebagai patok. Tanggul Angin
di barat, Ayam Putih di timur, selatan dimiliki oleh kompeni, utara
dipunyai petani. Zaman dulu, masyarakat yang disebut kuli adalah
petani. Selatan sekarang milik TNI AD, dulu kompeni. Di sebelah
timur, batasnya Setrojenar, juga dipasang pal. Begitulah pada 1932.
Saya lupa hari dan bulannya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Muhammad Samidja,
Kepala Dusun Godi yang menjabat sejak 1962 hingga 2006.
Menurut Samidja, tanah di Setrojenar merupakan tanah
pemajekan yang dimiliki rakyat. Tanah pemajekan adalah tanah
yang dikenai pajak dan dibayarkan oleh masyarakat. Penarikan
pajak pada 1962 menggunakan pethuk sebagai tanda pembayaran
pajak bumi. Saat itu belum ada sertiikat. Selain itu, tidak ada
orang yang memiliki tanah secara terpisah-pisah karena masih
memakai sistem penataan tanah pertanian masa itu, yang
dinamakan galur larak. Menurut Samidja:
Tanah niku sedoyo tanah pemajekan, tanah rakyat. Batese riyin
jaman klangsir saler pal. Selere pal niku tanah rakyat persil nomer
. Jaman kulo narik pajek, ngangge pethuk. Lha nek tanah iku
sekidul pal niku hak negara, sanes hak ABR). (Video kesaksian
Muhammad Samidja)
“Semua tanah itu merupakan tanah pemajekan, tanah rakyat. Pada
masa klangsiran, batasnya di utara pal. Di sebelah utara pal itu
tanahnya rakyat dengan persil (sebidang tanah dengan batas
tertentu) nomor 5. Pada saat menarik pajak, saya menggunakan
pethuk. Tanah di sebelah selatan pal itu hak negara, bukan hak ABR).
66 Konflik Agraria di Urutsewu: Pendekatan Ekologi Politik