Page 113 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 113
86 Herman Soesangobeng
Hukum. Sementara hak agraria, dapat dipunyai orang dengan
empat jenis hak sewa untuk menggunakan, memanfaatkan
dan menikmati hasil tanah yaitu: (i). hak sewa pekarangan,
(ii). hak sewa untuk membangun bangunan, (iii). hak sewa
untuk memungut hasil, dan (iv). hak sewa untuk memakai
dan mendiami tanah milik orang lain.
Selanjutnya subjek hukum (rechtspersoon) berhak
untuk menggunakan tanah berdasarkan perikatan hukum
(verbintenis), baik perikatan hukum melalui perjanjian
sengaja (obligatoire overeenkomst) ataupun yang lahir
berdasarkan perjanjian alamiah (natuurlijke overeenkomst),
baik untuk tujuan perdagangan maupun non perdagangan
bagi keperluan sendiri. Penggunaan tanah melalui perikatan
hukum (verbintenis), menyebabkan tanah dibebani dengan
hak dan kewajiban tertentu. Pembebanan hak dan kewajiban
itu disebut ‘pembebanan tanah’ (bezwaren), yang bisa terdiri
atas empat kemungkinan yaitu:
(i). hak menikmati pekarangan milik orang lain
berdasarkan perjanjian alamiah (servituut),
(ii). pajak tanah dan perpuluhan,
(iii). hutang yang harus dibayar terlebih dahulu, dan
(iv). hipotik yaitu penggunaan tanah untuk jaminan
peminjaman uang ataupun modal usaha di Bank.
Hypotheek adalah penggabungan dua perjanjian yaitu
hutang-piutang sebagai perjanjian pokok dan penjaminan
tanah bagi pelunasan hutang sebagai perjanjian tambahan
(accessoire verbintenis). Hipotek merupakan hak pemilik tanah
untuk membebankan tanahnya dengan perikatan hukum
tambahan, dan juga kewajiban debitur untuk membayar
hutangnya kepada kreditur yang berhak dibayar terlebih
dahulu. Maka hipotek merupakan suatu perikatan hukum
yang bersifat tanggung-renteng (hoofdlijke verbintenis).