Page 207 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 207

180     Herman Soesangobeng

                 Indonesia sendiri. Maka  diagram  no.  3  itu,  menunjukkan
                 adanya  persamaan  unsur-unsur filosofis,  ajaran,  asas  dan
                 teori  Hukum  Adat  dengan  unsur-unsur  serupa dalam Dutch
                 Romano Civil Code/BW-KUHPInd., walaupun terdapat juga
                 perbedaan  asasi  dalam  sistim  hukumnya.  Persamaan
                 dengan  BW  dan hukum Romawi itu wajar, sebab teori dan
                 ajaran yang digunakan Van Vollenhoven untuk menemukan
                 Hukum Adat, adalah dengan latar belakang  teori, ajaran
                 serta asas-asas hukum perdata Belanda/BW  yang bersumber
                 pada  filosofi,  ajaran  serta  sistim  Hukum  Romawi  yang
                 dipadukan  dengan adat  kebiasaan   (gewoonterecht)   Belanda
                 maupun   Code Napoleonic Perancis. Namun Van Vollenhoven,
                 pun melihat dan menyadari adanya perbedaan-perbedaan
                 mendasar  dengan  sistim  hukum  BW,  yang menimbulkan
                 perbedaan   asasi   dalam   sistim,   teori,   asas   dan  ajaran
                 hukumnya antara Hukum Pertanahan Adat dengan Hukum
                 Pertanahan Belanda/BW-KUHPInd.
                    Maka diagram no. 3 itu juga menjelaskan bahwa teori
                 Hukum  Pertanahan Adat, mengenal perbedaan  antara
                 peraturan dasar yang  mengatur hubungan  dan perbuatan
                 hukum manusia atas tanah yang disebut ‘hukum pertanahan’
                 (grondrecht); dengan hubungan pengelolaan dan penggunaan
                 serta pemanfaatan tanah, yang dikelompokkan  menjadi
                 ‘hukum  agraria’  untuk  mengatur  ‘hubungan keagrariaan’
                 (agrarische  betrekkingen). Sumber dasar dari  kedua  peraturan
                 hukum ini adalah tanah sebagai benda alam (de natuur
                 goederen), yang dibedakan antara tanah sebagai benda tetap
                 (roerend goederen) dan benda tidak tetap (onroerend goederen)
                 atau benda bergerak. Tanah sebagai benda bergerak itu, secara
                 umum disebut juga ‘benda-benda lain yang ada di atas tanah’
                 (ale ding op de grond).
            11.  Peraturan hukum untuk tanah sebagai benda tetap, disebut
                 Hukum  Pertanahan (grondrecht),  yang dibedakan  antara
                 hukum pertanahan dalam keadaan  diam atau statis (grondrecht
                 in rust) dengan Hukum  Pertanahan dalam  keadaan  bergerak
   202   203   204   205   206   207   208   209   210   211   212