Page 23 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 23

xxii     Herman Soesangobeng

                 (b). surat penetapan (beschikken) Hakim  Pengadilan Negeri
                    tentang pemberian  hak milik ‘eigendom  privaat’  kepada
                    pemohon yang disebut ‘gerecthelijk acte van eigendoms recht’.
                Berdasarkan  dua  surat  keputusan  penetapan  Hakim  inilah,
            baru pemohon berhak meminta Notaris membuatkan ‘notareel
            acte van eigendom-privaat’ bagi pemohon berkewargaan Negara
            Belanda yang tinggal di Hindia  Belanda serta orang Eropah
            lainnya.
                Bilamana pemohon adalah orang Timur Asing atau Bumiputra
            yang dipersamakan (gelijkgestelde Europeanen), maka mereka harus
            terlebih  dahulu  membuktikan  diri  telah memiliki  satu surat
            keputusan  dari  Direktur  Departemen  Dalam  Negeri Hindia
            Belanda (Directeur Departemen van het Binnenlandse Zaken), untuk
            bisa memperoleh dua surat keputusan Hakim Pengadilan Negeri,
            bagi perolehan  hak milik ‘eigendom-privaat’ BW/KUHPInd. yang
            juga disebut hak  ‘eigendom  Barat’.  Surat  keputusan  itu,  disebut
            ‘besluit’  tentang  penyamaan  kedudukan  sosialnya pemohon
            dengan orang Eropah (gelijkgestelde  Europeanen) maka disebut
            ‘gelijkgestelden  besluit’ dari  pejabat pemerintah  Dalam Negeri
            (Binnenlands bestuur). Tanpa memiliki surat keputusan ini, maka
            ‘notareel acte van eigendom-privaat’ yang dimiliki seorang pemegang
            Timur Asing ataupun Bumiputra, menjadi otomatis batal dengan
            sendirinya  (nieteg  eo  ipso).  Artinya  ‘acte  van eigendom’-nya tidak
            memiliki  kekuatan  hukum  apapun  sebagai alat  bukti  bahwa
            pemegang hak milik ‘eigendom’ Barat/Belanda. Rincian penjelasan
            atas bukti  penyalahgunaan tugas jabatan maupun  pelanggaran
            hukum pejabat Notaris itulah yang menyebabkan uraian Bab IV,
            menjadi panjang dan tampak adanya pengulangan-pengulangan.
            Penjelasan kesalahan kerja Notaris itu, juga dimaksudkan untuk
            melarang ikutsertanya pejabat Notaris Indonesia dalam membuat
            akta tanah. Karena hukum pertanahan dan keagrariaan Indonesia,
            tidak  lagi menggunakan teori  hubungan kepemilikan  tanah
            ‘eigendom’ dengan ajaran norma perikatan hukum (verbintenis)
            pasal 1320 KUHPInd., termasuk sistim administrasi pertanahanan
            dan keagrariaan kolonial Belanda.
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28