Page 318 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 318

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     291


                    agraria pun harus juga memastikan kedudukan hukum hak
                    keperdataan atas   tanah   dari  masing-masing   pihak   menurut
                    hukum  pertanahan.  Dengan lain  perkataan,  penanganan
                    dan penyelesaian sengketa pertanahan dan keagrariaan,
                    harus diselesiakan secara bersamaan dan sekaligus.  Karena
                    penundaan   penyelesaian  salah  satu  aspek  hukumnya,
                    berarti    sama   dengan   menunda   penyelesaian   tuntas
                    sengketanya.  Maka kedua  masalah  sengeketa  pertanahan
                    dan  keagrariaan  ini, secara  kiasan dapat dikatakan bagaikan
                    “dua  sisi dari  mata  uang yang sama”  (two  sides  of  the same
                    coin). Umumnya, sengketa agraria, bersumber pada kesalahan
                    pemberian  hak  keperdataan  menurut  hukum  pertanahan;
                    dan  sengketa pertanahan,  dipicu oleh kekacauan  pelaksanaan
                    penggunaan  hak agraria.  Karena  itu,   penanganan  serta
                    penyelesaian  kedua  masalah  hukum  ini, haruslah dilakukan
                    dengan menggunakan kedua sumber hukum tersebut.

               33.  Pendaftaran hak yang positif:
                       Pendaftaran hak sebagai bentuk hukum untuk memastikan
                    hak milik ‘de jure’, haruslah dibuat menjadi positif. Hal itu
                    merupakan konsekwensi logis dari   sifat   hak   ‘de  jure’   yang
                    mengharuskan   adanya   kepastian   pasti perlindungan hukum
                    oleh Negara atas hak milik terdaftar, seperti dijelaskan dalam
                    Bb. VII, uraian angka 9 halaman 213-215. Dasar pemikiran
                    bagi pendaftaran positif itu adalah pada apa yang disebut
                    ‘akar  hak’  (root  of  the  title).  Akar  hak  keperdataan  untuk
                    memiliki  tanah dengan hak milik,  adalah pada  kedudukan
                    hukum sebagai WNI. Maka perubahan dari kedudukan hak
                    ‘de facto in abstracto’ (hak milik anggapan) menjadi ‘de facto in
                    concreto’ (hak milik   nyata)   dan   menjadi   hak   ‘de jure’
                    (hak   milik   hukum),   tidaklah membutuhkan pembuktian
                    alat hukum lain bagi perubahan hak kepemilikan, melainkan
                    hanya meneguhkan  proses pertumbuhan  hak  milik  dari
                    ‘anggapan’ menjadi  ‘nyata’  dan  diteguhkan  menjadi  ‘hak
                    hukum’  (de  jure);  sehingga dijamin kepastian  perlindungan
   313   314   315   316   317   318   319   320   321   322   323