Page 315 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 315

288     Herman Soesangobeng

                 dan teori ‘de facto-de jure’  adalah  Negara  RI  tidak  berhak
                 mencabut  hak  milik  WNI. Dengan demikian, tafsiran atas
                 rumusan Pasal 18 UUPA 160, tidak boleh ditafsirkan secara
                 yuridis dogmatis yang kaku bagi penegakkan ‘pencabutan
                 hak’. Tafsiran tentang ketentuan ‘pencabutan hak’ (onteigenings
                 recht) atas hak milik ‘eigendom’ dalam penegakkan hukum di
                 Hindia Belanda, maupun ‘right of exppropriation’ di Amerika
                 dan Australia pun, tidak dilakukan secara kaku berdasarkan
                 tafsiran ‘yuridis-dogmatis’.
                    Penegakkan norma itu baik di Hindia Belanda maupun
                 Amerika dan Australia,  selalu dilakukan  dengan pemutusan
                 hubungan  hak keperdataan atas tanah sebagai harta milik
                 dengan hak kebendaan  yaitu  jual beli. Namun  karena
                 pembelian itu, ada terkandung sifat perundingan yang sedikit
                 banyak membatasi kebebasan berkontrak, maka pembayaran
                 uang pembelian tanahnya disebut ‘kompensasi’ (compensation-
                 Ingg.,  schuldvergelijking-Bld.). Jadi   perkataan   ‘ganti   rugi’,
                 sebagai  bentuk  kesalahan  terjemahan   istilah ‘afkoopsom’
                 harus pula ditidak  digunakan. Karena istilah bahasa
                 hukum Belanda untuk ‘ganti rugi’ adalah ‘schadeloosstelling’
                                                                       8
                 dan  tidak digunakan dalam  ‘pemutusan  hubungan hak
                 keperdataan’ atas pemilikan hak ‘eigendom’. Karena itu, ketika
                 pemerintah  Belanda  menghapus  lembaga tanah partikelir
                 (particulierlanderijen), tidak dilakukan dengan menggunakan
                 lembaga ‘pencabutan  hak’  (onteigeningsrecht)  melainkan
                 melalui  lembaga ‘jual  beli’  (koop  en  verkoop  institutie).  Maka
                 seharusnya  Negara  RI  pun jangan menegakkan ketentuan.
                 Pasal 18 UU No. 5/1960 secara kaku dengan tafsiran  yuridis
                 dogmatis.  Tetapi  gunakanlah  lembaga  pembelian  tanah
                 dengan pembayaran harga ‘pembelian’ terhadap WNI yang
                 tanahnya diperlukan baik untuk kepentingan umum maupun
                 usaha swasta. Dasar hukumnya  adalah karena Negara RI,


                8    Cf. Maasen, C.C.J. en A.P.G. Hens, Agrarische Regelingen voor he
            Gouvernementgebied van Java en Madoera, Deel I., Batavia: Drukk. Ruygrok
            & Co., 1934, hlmn. 591-594.
   310   311   312   313   314   315   316   317   318   319   320