Page 312 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 312

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     285


                    pembuat akta perjanjian tanah, harus dilakukan oleh pejabat
                    PPAT profesional.
                       Alat bukti untuk hubungan keagrariaan berupa sewa
                    tanah  (grondhuur),  dibedakan  antara  hubungan sewa yang
                    sudah dijadikan hak kebendaan (zakelijk recht), dan hubungan
                    sewa yang masih merupakan hak perorangan (persoonlijk
                    recht). Hak sewa yang sudah dibendakan itu adalah hak ‘guna
                    usaha’ (HGU) dan  ‘hak guna bagunan’  (HGB) dan ‘hak
                    pakai’ (HP). Alat bukti perjanjian  untuk  ketiga  hak  ini,
                    dibuktikan   dengan  akta  tanah  PPAT. Sementara alat bukti
                    bagi hubungan sewa, dibuktikan  dengan surat perjanjian
                    yang diberikan  oleh masing-masing pejabat administrasi
                    Negara dari Departemen atau Kementerian terkait.   Dengan
                    demikian, penegakkan teori ‘de facto-de jure’ ini adalah untuk
                    mempertegas  sifat berlakunya  Pasal 19 UUPA 1960, dan
                    PP No. 24/1997  tentang PPAT dalam pembuatan semua
                    jenis akta perjanjian, dalam hal ini perolehan dan peralihan
                    hak atas tanah tanah sebagai  benda  tetap  dilakukan;  akan
                    tetapi  penyerahan  tanahnya, oleh Kepala Kantor Pertanahan
                    melalui  pencoretan dan  penggantian nama  pemilik  dalam
                    Buku Tanah.
               28.  Perolehan tanah dari WNI:
                       Berlakunya teori  ‘de  facto-de jure’,  menyebabkan semua
                    perolehan tanah dari WNI oleh Negara ataupun pengusaha
                    swasta, baik untuk kepentingan umum  maupun  usaha  swasta
                    ataupun  investasi  modal,  harus  dilakukan melalui  lembaga
                    pembelian  tanah.  Hubungan  perolehan  tanah  melalui
                    lembaga jual beli, adalah karena lembaga ini merupakan
                    salah satu ‘alasan sah’ (rechtstitel) bagi pemutusan hubungan
                    keperdataan atas tanah miliknya WNI sebagai pemilik tanah
                    sebenarnya.
                       Ketentuan  ini,  merupakan  perwujudan  nyata  dari
                    penghapusan  teori ‘eigendom’  BW  oleh  VOC  sejak  1620,  yang
                    dilanjutkan  pada  1800  oleh Heeren XVII, kemudian pada
   307   308   309   310   311   312   313   314   315   316   317