Page 307 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 307

280     Herman Soesangobeng

                 itu,  para  Notaris yang juga merangkap  jabatan PPAT,
                 menciptakan satu bentuk kesepakatan jual beli yang disebut
                 ‘akta  pengikatan  jual beli’ (APJB).  Bentuk  kesepakatan
                 APJB ini, bersumber pada ajaran hukum perjanjian Belanda/
                 BW yang disebut ‘voorovereenkomst’  yang  diadopsi dari
                 hukum  Romawi  ‘pactum  de  contrahendo’  yaitu  ‘perjanjian
                 pendahuluan’  sehingga merupakan  ‘perjanjian  sementara’.
                 Artinya,  perjanjian  ‘voorovereenkomst’   itu  masih  bersifat
                 sementara, karena  merupakan  kesepakatan  pendahuluan  di
                 antara  para  pihak,  maka akibat hukumnya hanya mengikat
                 kepada mereka berdua saja dan tidak  mengikat   terhadap
                 semua  pihak  lainnya  yang  disebut  ‘pihak  ke  tiga’  (de
                 derde partij). Karena itu surat atau akta Pengikatan Jual Beli
                 (APJB), tidak merupakan bukti adanya alasan sah menurut
                 hukum atau ‘alas hak’  (rechtstitel) tentang perbuatan hukum
                                     7
                 jual beli tanah, sehingga Hakim pun harus  menolak  APJB
                 sebagai  alat  bukti  perbuatan  jual  beli  tanah  dalam sidang
                 Pengadilan. Jadi,  untuk  ketertiban  administrasi  hukum
                 pertanahan dan keagrariaan,  seharusnya  pejabat  BPN  tidak
                 boleh  menerima  APJB  untuk dijadikan  dasar  permohonan
                 penerbitan  sertipikat  hak  milik  (SHM)  atas bidang tanah
                 yang diperoleh hanya berdasarkan surat/akta ‘Pengikatan Jual
                 Beli’ (APJB).

            24.  Persewaan tanah adalah perjanjian agraria:
                    Hubungan persweaan tanah yang dalam teori  hukum,
                 baik adat maupun  BW/KUHPInd.,   tergolong  hubungan
                 perjanjian  keagrariaan,  bisa  dilakukan oleh siapa saja yang
                 menguasai dan menduduki tanah serta ingin mengambil hasil

                7    Penggunaan istilah ‘alas hak’ oleh pejabat BPN dan dalam
            peraturan pejabat PPAT, adalah penggunaan yang salah. Sebab dengan
            demikian, terjadi kesalahan tafsir untuk memperlakukan surat/akta APJB,
            sama dengan surat perjanjian atau akta jual beli (AJB). Padahal perbuatan
            ‘perjanjian pendahuluan’ (voorovereenkomst), tidak ditetapkan dalam
            undang-undang (BW/KUHPInd.),  sehingga  tidak merupakan sebuah
            ‘rechtstitel’ yaitu suatu alasan sah menurut hukum bagi adanya perbuatan
            hukum yang sah.
   302   303   304   305   306   307   308   309   310   311   312