Page 302 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 302

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     275


                    dan pemanfaatan tanahnya. Maka administrasi hak agraria,
                    menjadi kewenangan koordinasi Departemen Dalam Negeri,
                    terhadap Kementerian dan Departemen lainnya seperti
                    Kementerian Kehutanan, Kelautan, Pertambangan, Pertanian,
                    Perkebunan,  Pekerjaan  Umum,    dan    sebagainya.   Artinya,
                    penetaan  semua  lembaga  yang  bekerja dalam pengelolaan
                    serta pemberdayaan tanah agar bisa mendatangkan manfaat
                    yang hasilnya dinikmati  WNI,  merupakan  penataan
                    administrasi keagrariaan dengan hak agrarianya.
                       Penataan  administrasi  dan  pelaksanaan  penegakkan
                    hak  agrarian  itu, harus taat asas dan tidak boleh bertentangan
                    dengan filosofi,  asas, ajaran,  dan teori  hukum  pertanahan.
                    Dengan demikian, Dengan demikian, hak keperdataan WNI
                    sebagai  pemilik  tanah sebenarnya,  harus dihormati   dan
                    tidak  boleh dilanggar.  Jadi  tidak  boleh ada  larangan  dari
                    Departemen mana pun,  yang  bersifat  melarang  WNI  untuk
                    mendaftarkan  hak  ‘de facto in concreto’-nya  menjadi  hak ‘de
                    jure’,  dalam  wilayah  yurisdiksi  hukum  atau territorial Negara
                    RI.  Larangan, penolakkan ataupun tindakan  menghalang-
                    halangi oleh pejabat Negara  maupun  Departemen  atau
                    Kementerian, terhadap WNI mendaftarkan  hak ‘de jure’-nya,
                    adalah pelanggaran  Hak Asasi WNI (HAWNI) dan sekaligus
                    juga pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).

               20.  Alasan  sah (rechts titel) untuk perbuatan  hukum  atas
                   tanah:
                       Alasan sah menurut  Undang-Undang (rechtstitel)  bagi
                    perolehan, penyerahan tanah maupun pengalihan hak atas
                    tanah, terdiri atas perbuatan maupun peristiwa hukum
                    berikut: a.  Warisan, b.   Jual beli, c. Pertukaran, d. Wakaf, e.
                    Hibah, f. Persewaan, g. Peminjaman, h. Gadai, i. Menumpang
                    tinggal maupun tanam pohon, dan j. Pemakaian.  Sepuluh
                    jenis perbuatan dan  peristiwa  hukum  ini  adalah perbuatan
                    yang dibenarkan oleh hukum berdasarkan  Undang-Undang
                    Pertanahan, maka dapat disebut sebagai ‘alasan sah’ menurut
   297   298   299   300   301   302   303   304   305   306   307