Page 297 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 297

270     Herman Soesangobeng

                 ‘pembebanan  tanah’  (grond  bezwaard)  oleh  hak-hak  hukum
                 adat  orang  Bumiputra.  Dengan demikian,  tanah milik
                 Negara yang tidak bebas (onvrij landsdomein) itu, dibebaskan
                 menjadi tanah milik Negara bebas (vrij landsdomein).  Setelah
                 itu  orang  Bumiputra,  berkewajiban  hukum menyerahkan
                 tanah milik  Negara bebas (vrij landsdomein)  itu,  kembali
                 sepenuhnya ke dalam kekuasaan Negara Hindia  Belanda,
                 melalui lembaga hukum yang disebut ‘serah-lepas’ (prijsgeving)
                 dan diterjemahkan menjadi ‘pelepasan hak’. Jadi lembaga
                 agraria kolonial Belanda ‘pembebasan tanah’, ‘ganti rugi’ dan
                 ‘pelepasan hak’ itu harus dihapus penggunaannya terhadap
                 WNI.
                    Karena itu,  bilamana  Negara atau  Pemerintah  serta
                 pejabat Negara RI, masih menggunakan istilah bahasa hukum
                 ‘penjarahan’ atau ‘penyerobotan’ tanah milik Negara terhadap
                 WNI yang menduduk tanah dalam wilayah Indonesia,  berarti
                 orang,  pejabat  pemerintah  itu masih  menggunakan  dan
                 patuh sepenuhnya dalam melaksanakan teori kepemilikan
                 ‘eigendom’ serta ‘domeinverklaring’ kolonial Belanda. Jadi
                 setelah Indonesia merdeka dan berdirinya Negara RI dalam
                 hal ini semua orang yang dahulu digolongkan sebagai
                 penduduk   Bumiputra,   berubah  status  hukum   menjadi
                 WNI,  penggunaan konsep ‘penjarahan’ atau ‘penyerobotan’
                 tanah itu adalah melanggar HAWNI dan HAM.

            16.  Penerjemahan kembali jenis-jenis hak atas tanah:
                    Berdasarkan  penjelasan teori  dan  filosofi  hukum
                 pertanahan adat tentang pertumbuhan hak atas tanah, dapat
                 disimpulkan bahwa hak atas tanah yang seharusnya dijamin
                 dalam hukum pertanahan nasional Indonesia adalah hanya
                 dua hak yaitu hak milik dan hak pakai. Kedua jenis hak atas
                 tanah ini merupakan hak keperdataan   atas  tanah  sebagai
                 benda  tetap.  Karena  kedua  hak  ini,  sudah merupakan   hak
                 tetap  yang  kuat  serta  penuh  dalam  proses  pertumbuhannya
                 terhadap pengaruh kekuasaan masyarakat hukum. Jadi
   292   293   294   295   296   297   298   299   300   301   302