Page 294 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 294

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     267


                    kepentingan  umum,  dapat  diberikan    dengan  hak   pakai
                    abadi  atau   selama  masih  digunakan   sesuai dengan
                    peruntukan penggunaannya. Contoh dari lembaga pemberian
                    tanah masyarakat hukum untuk digunakan dengan hak pakai
                    abadi itu, dalam hukum adat Minangkabau disebut ‘ganggam
                    bauntuak’. Dengan demikian, dalam konteks  bernegara,  tanah
                    masyarakat  hukum  itu  dapat  digunakan  Negara untuk
                    kepentingan   umum   dan  pelayanan   publik   Negara,   tanpa
                    harus membayar   ‘recognitie’;   namun,   diperlukan   adanya
                    proses  pemutusan hubungan keperdataan atas hak kekuasaan
                    masyarakat sekalipun hanya bersifat sementara. Pemutusan
                    hubungan keperdataan  itu,  perlu  dilakukan  menurut  cara
                    ritual adat setempat, sehingga mewakili penyelesaian bentuk
                    penyerahan  tanah dan peralihan  haknya  masyarakat  kepada
                    Negara untuk dipakai bagi kepentingan umum dan pelayanan
                    publik, termasuk untuk  pertanahan dan keamanan  Bangsa
                    dan Negara.

               13.  Keberadaan masyarakat  hukum  adat,  tidak perlu
                   dibuktikan:
                       Logika  dan  paradigma  HMDN Pasal 33  UUD  1945,
                    dengan pengakuan  keberadaan masyarakat  hukum  adat,
                    menyebabkan keberadaannya itu tidak perlu dibuktikan lagi.
                    Dengan demikian pernyataan berlakunya hukum ‘hukum adat’
                    sepanjang secara nyata masih ada, sudah tidak diperlukan lagi
                    seperti yang diatur dalam PMNA 5/1999 tentang pengaturan
                    ‘hak ulayat’. Jadi paradigma dan logika hukum baru setelah
                    hapusnya teori ‘eigendom’ dan ‘domeinverklaring’, adalah bahwa
                    ‘masyarakat hukum adat’ termasuk lembaga hak atas tanah
                    dan peraturan hukumnya,  tetap ada dan harus dihormati.
                    Jadi masalahnya, bukan untuk menjawab masih ada atau
                    tidak  ada lagi masrakat hukum adat,  baru hukum adatnya
                    diakui, melainkian pada cara menangani keberadaan tersebut
                    untuk dibawa ke dalam pengaruh Hukum Nasional RI.
   289   290   291   292   293   294   295   296   297   298   299