Page 326 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 326

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     299


                    berniat membubarkan persekutuan hukumnya.
                       Karena itu, kategori pernilaian keberadaan   masyarakat
                    hukum   adat menurut  PMA  No.  5/1999,  dan rumusan
                    Pasal  3 maupun  5 UUPA  1960, adalah salah dan melanggar
                    prinsip  dasar  hukum  adat,  sebab menggunakan  kategori
                    paradigma  hukum  Hindia  Belanda  yang ingin menghapus
                    hukum  adat  untuk  diganti  dengan  hukum  Sipil  Belanda
                    (BW/KUHPInd.). Jadi masyarakat hukum adat harus tetap
                    diakui keberadaannya, sampai dapat dibuktikan  bahwa
                    masyarakat  hukum  adat  tertentu,  telah  dibubarkan  oleh
                    warga    persekutuan    hukumnya.    Dalam    hal    masyarakat
                    hukum    adat dipindahkan ke tempat lain oleh Pemerintahan
                    Negara, melalui ‘bedol desa’ ke daerah transmigrasi, maka
                    masyarakat hukum adatnya pun berpindah ke tempat baru
                    bersama dengan perpindahan warga masrakatnya  sebagai
                    penduduk.

               3.  Persekutuan hukum adat berbeda  dengan masyarakat
                   Negara:
                       Persekutuan hukum adat itu, sangat berbeda dengan
                    organisasi kemasyarakatan dan politik yang  disebut  Negara
                    ataupun  badan  hukum korporasi. Karena  badan  hukum
                    politik  Negara  atau  korporasi,  dibentuk secara rasional
                    dengan alam  pikiran yang oleh  Ter Haar  dengan meminjam
                                                         2
                    penjelasan Van der Leeuw, disebut ‘berjarak rasional’
                    (rationaale  distantiel) ,  sedangkan masyarakat  hukum  adat
                                      3
                    (rechtsgemeenschappen) dibentuk  berdasarkan  alam pikiran
                    ‘berpartisipasi’ (het participerend denken)  yang ‘non-distantiel’
                                                       4
                    sehingga dipandang irrasional,  karena  terjalin  oleh ikatan
                    batin yang menyatu dari semua unsur pembentuk,  utamannya

                   2    B. Ter Haar, Bzn.,  Beginselen en stelsel van het adatrecht, ibid.,
               hlmn. 54; B. Ter Haar, De betekenis van de tegenstelling participerend-kritisch
               denken en de rechtspraak naar adatrecht, Verzamelde Geschriften, Deel II, ibid.,
               Amsterdam: Nieuwe Reeks, 1941, hlmn. 587.
                   3    B. Ter Haar,  De betekenis van de tegenstelling participerend-kritisch
               denken en de rechtspraak naar adatrecht, ibid., hlmn. 588.
                   4    B. Ter Haar, Beginselen en stelsel van het adatrecht, ibid. hlmn. 81-82.
   321   322   323   324   325   326   327   328   329   330   331