Page 342 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 342

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     315


                   12. c. 2. Terhadap masyarakat hukum sebagai persekutuan
                          hukum adat:
                       Terhadap masyarakat sebagai organisasi persekutuan
                    hukum adat dibutuhkan pendekatan   persuasif   dengan   jangka
                    waktu   lama  untuk mendorong lahirnya kearifan lokal dari
                    masyarakat untuk menyesuaikan diri ke dalam sistim hukum
                    Negara. Contoh kearifan lokal membawa masyarakat adat ke
                    dalam pengaruh Pemerintahan Negara, terjadi misalnya pada
                    masyarakat adat Bali. Setelah berlakunya, Undang-Undang
                    Pemerntahan  Daerah,  di  Bali  lahir  kearifan  lokal yang
                    tetap mempertahankan persekutuan hukum adatnya dalam
                    bentuk  Desa  Adat,  dengan  keserasian  hubungan  bersama
                    Pemerintahan  Desa bentukan Negara yang disebut Desa
                    Administrasi.  Desa Adat,  mengurus dan  mengatur  urusan
                    adat dan keagamaan, sementara Desa Administrasi mengurus
                    urusan pemerintahan Negara pada kesatuan administrasi
                    Negara terkecil yaitu Desa. Maka dikenal kepala Desa Adat
                    yang disebut ‘Bendesa’ dan kepala Desa Administrasi disebut
                    ‘Perbekel’. Di samping itu juga ada ‘Lurah’ di kota-kota yang
                    digaji oleh Pemerintah Daerah.
                       Pada kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat di
                    daerah-daerah  lain,  yang  masih  kuat   mempertahankan
                    kesatuan  adatnya,  hendaknya penegakkan   Undang-Undang
                    Pemerintahan   Daerah,   dilakukan  dengan terlebih dahulu
                    mengajak warga masyarakat adat mencari bentuk perpaduan
                    yang  serasi  dan  selaras  antara  pemerintahan  Negara  dan
                    Adat.  Sebagai contoh misalnya di  Minangkabau,  Sumatra
                    Barat, dalam hal ini persekutuan masyarakat hukumnya
                    tersusun   dari   Nagari   sampai   Desa   pun,  sudah bertumbuh
                    kearifan  lokal  dalam hal ini  lembaga  adat  dipadukan  secara
                    serasi lewat musyawarah  mupakat  antara  Pemerintahan
                    Daerah dengan Wali Nagari. Sedangkan  di Aceh, terjadi
                    perpaduan  pembagian tugas dan wewenang antara  Kepala
                    Desa dengan tokoh Adat  dan Ulama berpengaruh yang
                    disebut ‘Tengku’. Dari tiga contoh ini, membuktikan bahwa
   337   338   339   340   341   342   343   344   345   346   347