Page 340 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 340

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     313


                    kenegaraan  menjadi pendukung NKRI inilah yang disebut
                    ‘metamorfose’    politik  dan  hukum  dari  kedudukan  hukum
                    sebagai pendukung masyarakat hukum adat lokal menjadi
                    pendukung Negara Nasional. Perubahan wujud hukum
                    mana, juga sekaligus otomatis ‘karena hukum’ (van rechtswege)
                    menyebabkan  lahirnya hak-hak Asasi Warga Negara Indonesia
                    (HAWNI) atas tanah. Satu hak asasi, yang juga merupakan
                    metamorphose dari hak-hak asasi mereka menurut Hukum
                    Pertanahan Adat atas tanahnya, yang berubah wujud menjadi
                    HAWNI oleh UUD 1945. Jadi, sudah merupakan hak dasar
                    konstitusional atau  hak  asasi konstitusional WNI  untuk
                    menjadi  ‘pemilik tanah sebenarnya’,  atas semua tanah dalam
                    lingkungan wilayah hukum atau yurisdiksi teritorial NKRI.
                       Inilah  dasar  filosofi  dan  hukum  bagi  pengembangan
                    teori  ‘de    facto-de  jure’,  dalam  hal ini  WNI  adalah pemilik
                    tanah sebenarnya. Dengan demikian,  paradigma  hukum
                    dalam  penegakkannya pun tidak  boleh  menyimpang apalagi
                    bertentangan  dengan  ajaran  teori  ini.  Maka  perwujudan
                    penegakkan hukum atas perolehan hak hukum (de jure) pun
                    harus dipermudah  dengan cepat;  perbuatan hukum WNI
                    atas tanahnya pun hanya bisa terjadi melalui lembaga ‘jual
                    beli’ disertai peralihan hak serta penyerahan tanahnya. Juga
                    pendudukan  tanah oleh WNI, tidak boleh dinyatakan sebagai
                    ‘penyerobot’ tanah  milik  Negara,  dalam hal ini  pengolahan
                    tanahnya digolongkan sebagai  ‘penggarap’  (bewerker)  tanah.
                    Meskipun  demikian,  setiap  WNI  haruslah mematuhi
                    peraturan tentang prosedur serta persyaratan menguasai dan
                    menduduki  tanah  yang  ditetapkan  Negara.  Jadi  harus
                    dibedakan   dengan jelas antara  tindakan  mewujudkan  hak
                    keperdataan sebagai pemilik tanah, dengan terpenuhinya
                    persyaratan maupun  prosedur perolehan tanah oleh setiap
                    WNI dalam menguasai serta mengolah tanah milik mereka.
   335   336   337   338   339   340   341   342   343   344   345