Page 338 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 338

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     311


                    tanahnya dilanggar  oleh  penguasa  Negara  dan  Pemerintah,
                    bahkan  Pengusaha pemakai tanah milik WNI sebagai rakyat
                    Indonesia.  Filosofi  penggantian melalui lembaga ‘konversi’,
                    adalah menggantikan semua jenis hak-hak lama menjadi hak-
                    hak baru yang  ditetapkan oleh Undang-Undang. Dengan
                    demikian, model ‘konversi’ itu terkesan merombak total asas-
                    asas dasar serta filosofi  pemahaman  konsep  hukum  hak
                    lama,  menjadi  filosofi,  asas  dan ajaran hak baru yang masih
                    asing dalam konteks pemahaman masyarakat. sebagai rakyat
                    Indonesia.
                       Sebaliknya dengan metode  ‘membawa’  ke  dalam
                    pengaruh hukum  positif  Negara, akan menyebabkan
                    lembaga  hukum  adat  tidak  dicabut  dari  akar budayanya.
                    Dengan  metode  ini,  filosofi,  asas dan  ajaran  hukum  adat
                    yang sangat dijiwai masyarakat, karena sesuai dengan alam
                    pikiran filosofi hukum rakyat sehingga  mencerminkan rasa
                    keadilannya, tetap dipertahankan sekalipun   diberi   tafsiran
                    baru   yang  kontemporer.   Maka   penegakkan hukumnya
                    pun  bisa  lebih  cepat  dipahami  masyarakat,  karena  tidak
                    terlalu asing dalam alam pikiran hukum masyarakat, sehingga
                    perlawanan yang bisa berkembang menjadi pertengkaran dan
                    sengketa pun, dapat diatasi dan diselesai secara lebih beradab
                    dan mencerminkan rasa keadilan masyarakat sebagai rakyat.
                       Jadi pembedaan satuan analisa itu diperlukan, karena sifat
                    dan cara penanganan untuk membawa masyarakat hukum adat
                    dengan hak-hak adat atas tanahnya kedalam   pengaruh   sistim
                    hukum   nasional   NKRI, akan berbeda-beda penanganannya.
                    Maka penanganan terhadap kesatuan masyarakat  hukum
                    adat,  sebagai organisasi kekuasaan masyarakat berupa
                    persekutuan  hukum adat (rechtsgemeenschappen), berbeda
                    pemahaman penanganannya dengan kesatuan individu-
                    individu  yang menjadi  penduduk  pendukung persekutuan
                    hukumnya (bevolkings groep), dan ragam jenis hak serta norma
                    hukum atas tanahnya (beschikkingsrecht) yang berbeda-beda di
                    setiap wilayah hukumnya (beschikkingsgebied).
   333   334   335   336   337   338   339   340   341   342   343