Page 35 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 35

8     Herman Soesangobeng

                    dalam masyarakat dan roh-roh di alam gaib” 14


                    Dengan rumusan hukum agraria ini, tergambar kewajiban
                 manusia dalam penggunaan   serta   pemanfaatan   tanah,
                 harus  senantiasa   terpelihara kelestarian  alam  dengan
                 lingkungan  hidupnya,  agar  terjaga  dengan  baik, serasi dan
                 selaras. Artinya, filosofi agraria  dalam hukum pertanahan
                 adat  Indonesia,  mengajarkan bahwa penggunaan serta
                 pemanfaatan  tanah,  haruslah senantiasa menjaga dan
                 memelihara kelestarian maupun kesinambungan  hubungan
                 yang  selaras  serta  serasi  antara  ketenraman hidup manusia
                 di alam nyata dengan kehidupan roh-roh di alam gaib.
                 Bersumber dari alam pikiran filosofi agraria inilah, maka
                 hak atas tanah baik hak  milik  maupun  hak  agrarianya,
                 senantiasa  diartikan  sebagai  berfungsi sosial.  Karena  itu
                 fungsi    sosial   dalam    konteks   pemikiran    hukum    adat,
                 bukanlah untuk mewujudkan perbuatan  kedermawanan
                 saling memberi  dan menerima hasil kerja, melainkan pada
                 ketaatan  memelihara serta menjaga kelestarian alam dalam
                 penggunaan serta pemanfaatan tanah.
                    Jadi,  hukum  pertanahan  adalah  payung  hukum
                 bagi pelaksanaan dan penegakkan hukum agraria,  yang
                 dikategorikan  sebagai ‘hubungan  keagrariaan’  (agrarisch
                 betrekkingen) dalam sistim hukum perdata BW/KUHPInd.
                 Maka penegakkan hukum agraria, yang mengatur hubungan
                 keagrariaan,  tidak  boleh menyimpang  apalagi bertentangan
                 dengan filosofi,  asas, ajaran,  maupun  teori  yang tercermin
                 dalam norma-norma dasar hukum  pertanahan.   Dengan
                 lain perkataan,  hukum pertanahan  adalah induk bagi
                 pengembangan  serta  pelaksanaan  hukum  agraria  dengan
                 hak-hak agrarianya yang bersifat hak perorangan (persoonlijk
                 recht). Dari sifat hak agraria demikian  inilah, maka dalam
                 struktur sistim hak hukum pertanahan dan keagrariaan BW/
                 KUHPInd. di Hindia Belanda, diperlukan adanya perubahan
                14   Herman Soesangobeng, Opcit., hlm. 8.
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40