Page 159 - Tanah untuk Rakyat Laki-laki dan Perempuan Indonesia
P. 159

dan fungsi sosial hak atas tanah yang perlu kejelasan karena konsep-
            konsep  tersebut  membatasi  hak  rakyat atas  tanah.  Tidak adanya
            kejelasan mengenai konsep-konsep tersebut sering kali menyebabkan
            terjadinya kesewenang-wenangan  di lapangan.  Selain itu,  ada  aspek
            penting  yang kaitannya  antara UUPA  dengan hukum  adat. UUPA
            menyatakan hukum agraria Indonesia adalah hukum adat sepanjang
            “tidak bertentangan  dengan  kepentingan nasional  dan  negara,  yang
            berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta
            dengan peraturan-peraturan yang tercantum dalam UU ini...”. Mengenai
            hal  ini merupakan  suatu  pembatasan  yang membuat  pelaksanaan
            hukum adat tidak mungkin dapat direalisasikan.
                   Memang  penarikan  elemen  hukum  adat  ke  dalam  hukum
            nasional itu menimbulkan masalah karena karakteristik masyarakat
            pada tingkat nasional sangat berbeda dengan karakteristik masyarakat
            adat, misalnya dalam aspek hubungan antar anggota masyarakat, aspek
            kontrol sosial berdasarkan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.
            Untuk itu, UUPA perlu direvisi dengan Undang-Undang Pertanahan
            yang berlaku di seluruh Indonesia yang memperluas pemilikan tanah
            dengan memungkinkan masyarakat  sebagai  satu kesatuan memiliki
            hak bersama atas tanah dilingkungannya. Undang-Undang itu harus
            mengakui hak bersama masyarakat atas tanah ulayat dan hak bersama
            dari kesatuan masyarakat genealogis, klan, dan sebagainya. Bersamaan
            dengan itu perlu ditelaah peraturan-peraturan yang berkenaan dengan
            tanah, dan  restrukturisasi  seluruh  sistem administrasi  pertanahan
            sehubungan dengan otonomi daerah.
                   Terdapat beberapa kondisi prasyarat yang harus dipenuhi oleh
            Indonesia dalam upaya merealisasikan sistem publikasi positif, yaitu:
            (1) tercapainya cakupan wilayah bidang tanah bersertifikat mencapai
            80% dari  wilayah  nasional;  (2)  tercapainya cakupan  peta dasar
            pertanahan mencapai 80% dari wilayah nasional; (3) terpenuhinya tata
            batas kawasan hutan  dengan  peta  skala kadasteral  yang  dipublikasi
            dan  terintegrasi  dengan sistem  pendaftaran  tanah  nasional;  serta
            (4)  terpenuhinya pemetaan  tanah  adat/ulayat. Agar penerapan
                                        139
   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163   164