Page 118 - Penegakan Hukum Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
P. 118

implementasi situasinya sangatlah berbeda. Ada ketidakmampuan
            pelaksana  atau hambatan  birokratis yang  didinamisir  oleh tuan
            tanah perdesaan dan beberapa sebab lain, sehingga mengakibatkan
            Landreform  gagal,  dan  selanjutnya  mengalami  stigmatisasi  sebagai
            “cara-cara komunis”.  Kegagalan landreform juga berdasarkan alasan-
                               134
            alasan: rendahnya dukungan politik, stigma bahwa ideologi landreform
            adalah kiri; kurangnya penegakan hukum; tidak tersedianya biaya, data
            dan informasi yang memadai; peraturan perundang-undangan yang
            tidak  secara  jelas  dan  tegas  mengatur;  lemahnya  lembaga  pelaksana
            dan kualitas sumber daya manusia.  Karena alasan politis dan proses
                                             135
            nasionalisasi yang belum sepenuhnya selesai dan program Land Reform
            yang tidak pernah sempat terlaksana. 136
                 Pembaruan agraria pada periode kedua menjelma menjadi
            Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN), disebut juga sebagai
            landreform plus dengan menambahkan  asset reform dan access reform.
            Menurut Oswar Reforma aset merupakan upaya redistribusi tanah
            sebagaimana yang selama ini dikenal sebagai landreform, dan reforma
            akses sebagai kegiatan pelengkap atau penunjang redistribusi aset untuk
            memastikan terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui
            penyediaan modal, pendampingan, dan penyediaan teknologi pertanian.
            Ciri khas dari PPAN yang membedakannya dengan program terdahulu
            adalah formula penguatan aset (pemberian hak) dan pembukaan akses
                                                                     137
            (modal dan pasar). Kegiatan ini juga melibatkan lintas sektor.
                 Program PPAN yang dimulai Tahun 2006 yang merupakan sebuah
            keputusan politik bahwa pemerintah akan membagi tanah seluas 8,15


            134  Ahmad Nashih Luthfi, Kekerasan Kemanusiaan dan Perampasan Tanah Pasca 1965
                di Banyuwangi, Jawa Timur , Archipel [En ligne], 95 | 2018, mis en ligne le 01
                juillet 2018, consulté le 12 octobre 2018. URL: http://journals.openedition.org/
                archipel/624; DOI: 10.4000/archipel.624
            135  Badan Pertanahan Nasional (BPN), Reforma agraria: mandat politik, konstitusi,
                dan hukum dalam rangka mewujudkan tanah untuk keadilan dan kesejahteraan
                rakyat, (Jakarta: (BPN, 2007), hlm 21.
            136  Lilis Mulyani,  Kritik  Atas  Penanganan  Konflik  Agraria  Di  Indonesia,  hlm  344,
                https://www.researchgate.net/publication/263619338, diakses tanggal  21
                Januari 2019
            137  Oswar Mungkasa,  Reforma Agraria: Sejarah,  Konsep, dan Implementasinya,
                Kementerian  PPN/Bappenas Direktorat Tata  Ruang dan Pertanahan “Tanah
                Untuk Kesejahteraan Masyarakat” Majalah Agraria Indonesia  edisi 1 2014, hlm, 3

                                  BAB V     Pendayagunaan Tanah Terlantar Untuk Reforma Agraria  101
   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123