Page 119 - Penegakan Hukum Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
P. 119

juta hektar, sebanyak 6 juta hektar lahan akan dibagikan bagi masyarakat
            miskin dan 2,15 juta hektar sisanya diberikan kepada pengusaha untuk
            usaha produktif dengan tetap melibatkan petani perkebunan.  Program
                                                                    138
            PPAN yang mengagendakan redistribusi tanah pada tiga jenis obyek,
            yakni (i) 1,1 juta hektar dari berbagai tipe “tanah negara” yang secara
            langsung berada di bawah jurisdiksi BPN; (ii) 8,15 juta hektar tanah
            dalam kategori ”hutan konversi”, bagian dari kawasan hutan yang dapat
            dikeluarkan dari kawasan hutan untuk tujuan nonkehutanan, di bawah
            Jurisdiksi Departemen Kehutanan; dan (iii) lebih dari 7 juta hektar
            “tanah-tanah terlantar” yang berada di bawah jurisdiksi BPN.
                                                                     139
                 Penetapan subyek  sesuai dengan urutan kelompok prioritas dalam
            penentuan subyek penerima PPAN pada dasarnya adalah: (i) petani
            penduduk setempat yang bekerja dan menetap di lokasi  PPAN; (ii)
            buruh tani petani penggarap dan buruh tani yang tidak memiliki tanah
            pertanian; (iii) petani gurem yang memiliki luas tanah pertanian kurang
            dari 0,5 hektar; (iv) petani pelaku pertanian dalam arti luas termasuk
            nelayan yang membutuhkan tanah guna melangsungkan kehidupannya;
            (v) penduduk miskin yang mengacu data BPS atau sumber lain yang
            kegiatannya diperlukan dan berkaitan langsung untuk menunjang
            keberhasilan PPAN. 140
                 Keputusan politik mengingat kenyataan-kenyataan bahwa bangsa
            menghadapi persoalan mendasar yang mewujud dalam bentuk: besarnya
            kemiskinan; tingginya tingkat pengangguran; ketimpangan sosial;
                                                                     141
            tanah terlantar yang luas; sengketa dan konflik pertanahan.  Untuk
            mengatasi persoalan-persoalan tersebut di atas, reforma agraria ditujukan
            untuk: (i) menata  kembali ketimpangan  struktur penguasaan  dan
            penggunaan tanah ke arah yang lebih adil, (ii) mengurangi kemiskinan,



            138  Yusuf Napiri M, Mohamad Sohibuddin, Iwan Nurdin, Syahyuti, Reforma Agraria:
                Kepastian yang Harus Dijaga, (Bogor: Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan
                (KRKP), 2006), hlm 29
            139  Noer Fauzi Rachman, Land Reform Dari Masa Ke Masa (Yogyakarta: Tanah Air
                Beta dan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), 2011), hlm 104
            140  Badan Pertanahan Nasional RI. Reforma Agraria: Mandat Politik, Konstitusi, dan
                Hukum Dalam  Rangka Mewujudkan Tanah Untuk  Keadilan  dan Kesejahteraan
                Rakyat, (Jakarta: BPN RI, 2007), hlm 44-45.
            141  Ibid, hlm 1-2.

            102 Penegakan Hukum Penertiban Dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124