Page 120 - Penegakan Hukum Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
P. 120

(iii) menciptakan lapangan kerja, (iv) memperbaiki akses rakyat kepada
            sumber-sumber ekonomi, terutama tanah, (v) mengurangi sengketa dan
            konflik pertanahan, (vi) memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan
            hidup, serta (vii) meningkatkan ketahanan. 142
                 Kesadaran akan pentingnya pembaharuan agraria ditegaskan
            dalam dokumen penting dan regulasi yaitu Rencana Pembangunan
            Jangka Menengah Nasional 2005-2010 (Perpes No. 7 Tahun 2005) dan
            Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (UU No.
            17 Tahun 2007), mencapai puncaknya dengan diterbitkannya Ketetapan
            Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR) RI Nomor IX/MPR/2001
            tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, yang
            mengharuskan dilakukannya pembaruan agraria atau reforma agraria.

                 Ketetapan MPR RI No. IX/MPR/2001, merupakan landasan
            peraturan  perundang-undangan  mengenai  pembaruan  agraria  dan
            pengelolaan sumberdaya alam. Ketepan MPR tersebut menilai
            bahwa pengelolaan sumber daya agraria dan sumber daya alam yang
            berlangsung selama ini telah menimbulkan penurunan kualitas
            lingkungan, ketimpangan struktur penguasaan, pemilikan, penggunaan
            dan pemanfaatannya serta menimbulkan berbagai konflik. Selain itu,
            Ketetapan MPR ini juga menilai bahwa berbagai undang-undang sektoral
            yang lahir saling tumpang tindih dan bertentangan sehingga perlu untuk
            diharmonisasikan.  Dengan  Ketetapan  MPR  ini    dimaksudkan  untuk
            penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan
            sumber daya agraria dengan tujuan untuk mengurangi kemiskinan;
            memperbaiki akses masyarakat kepada sumber-sumber ekonomi,
            terutama tanah; menata ulang ketimpangan penguasaan pemilikan,
            penggunaan,  pemanfaatan  tanah,  dan  sumber-sumber  agraria,  dan
            mengurangi sengketa dan konflik pertanahan dan keagrariaan.
                 Namun, upaya untuk melaksanakan PPAN ini tidak berjalan
            dengan baik karena tidak adanya dukungan dari kementerian/lembaga
            lain. Reforma Agraria yang diagendakan di atas dikatakan belum berhasil
            karena  hanya  dengan  mengandalkan  kinerja  BPN  saja.  Misalnya,
            pengadaan tanah seluas 8,15 juta hektar yang berasal dari kawasan hutan



            142   Ibid, hlm 8-9.

                                  BAB V     Pendayagunaan Tanah Terlantar Untuk Reforma Agraria  103
   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125