Page 42 - Penegakan Hukum Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
P. 42

mengajukan gugatan ke lembaga peradilan, kesalahan dalam membuat
            keputusan penetapan tanah terlantar dalam aspek prosedural inilah yang
            membuat surat keputusan penetapan dibatalkan oleh lembaga peradilan.
                 Dalam PP No. 11 Tahun 2010 tidak menjelaskan pengertian tanah
            terlantar, namun dalam Pasal 1 angka 6 Perkaban No. 4 Tahun 2010
            dinyatakan bahwa: ”tanah terlantar adalah tanah yang sudah diberikan hak
            oleh negara berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,
            Hak Pakai, dan Hak Pengelolaan, atau dasar penguasaan atas tanah yang
            tidak diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai
            dengan keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak atas atau dasar
            penguasaannya”.
                 Ketentuan PP ini terdapat pengecualian penertiban tanah
            terlantar terhadap tanah Hak Milik atau Hak Guna Bangunan atas nama
            perseorangan dan tanah yang dikuasai pemerintah yang secara tidak
            sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan keadaan atau sifat dan tujuan
            pemberian haknya, karena pemegang hak perseorangan tidak memiliki
            kemampuan dari segi ekonomi dan tanah yang dikuasai pemerintah,
            karena keterbatasan anggaran negara/daerah. Kemudian tahapan-
            tahapan penertiban tanah terlantar diatur dalam Pasal 4 sampai dengan
            Pasal 13 yang pada intinya membagi tahapan sebelum penetapan tanah
            terlantar di terbitkan, yaitu; a) Identifikasi dan penelitian oleh Kepala
            Kantor Wilayah BPN Provinsi dan oleh Panitia (Pasal 4 s.d Pasal 7); b)
            Peringatan oleh Kepala Kantor Willayah BPN Provinsi kepada Pemegang
            Hak (Pasal 8); c) Penetapan tanah terlantar oleh Kepala BPN atas usul
            Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi (Pasal 8 s.d Pasal 13).

                 Inventarisasi tanah terindikasi terlantar, dilakukan oleh Kepala
            Kantor Wilayah berdasarkan Informasi dari hasil pemantauan lapangan
            oleh Kantor Wilayah, Kantor Pertanahan, atau dari laporan dinas/instansi
            lainnya, laporan tertulis dari masyarakat, atau pemegang hak. Pemegang
            hak berkewajiban melaporkan penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai
            dengan keputusan pemberian hak atas tanah atau dasar penguasaan atas
            tanah dari pejabat yang berwenang. Dari  hasil  inventarisasi  tersebut,
            kemudian Kantor  Wilayah BPN Provinsi melakukan Identifikasi dan
            Penelitian terhadap tanah terindikasi terlantar. Identifikasi dan Penelitian


                                                   BAB II     Pengaturan Tanah Terlantar  25
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47