Page 49 - Penegakan Hukum Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
P. 49

terhadap  hak  ulayat  menunjukkan  adanya  kebolehan  warga  negara,
            secara adat untuk memiliki atau menguasai tanah secara kolektif bagi
            terpenuhinya kepentingan bersama, namun juga pengakuan hak atas
            tanah secara pribadi diperkenankan. 47
                 Masyarakat adat mengenal hak-hak atas tanah yang meliputi hak
            persekutuan yang oleh  Van  Vollenhoven disebutnya  beschikkingsrecht,
            hak keuntungan jabatan, hak menarik hasil, hak pakai, hak gadai, dan
            hak sewa. Hak persekutuan atas tanah merupakan hak ulayat yang
            membolehkan kepada persekutuan dan anggota-anggotanya untuk
            menarik keuntungan dari tanah dan segala yang tumbuh dan hidup di
            atas tanah itu (mengolah, mendirikan bangunan, menggembala ternak,
            mengumpulkan bahan makanan, berburu dan memancing).    48
                 Jenis-jenis hak atas tanah menurut hukum adat, secara umum
            menurut Purbacaraka dan Halim, hak atas tanah adat dapat dibedakan atas
            dua bentuk, yaitu: ”hak ulayat” dan ”hak pakai”. Hak ulayat merupakan
            hak meramu atau mengumpulkan hasil hutan serta hak untuk berburu.
            Pada hak ulayat yang bersifat komunal ini, pada hakekatnya terdapat
            pula hak perorangan untuk menguasai sebagian dari obyek penguasaan
            hak ulayat tersebut. Untuk sementara waktu, seseorang berhak mengolah
            serta menguasai sebidang tanah dengan mengambil hasilnya, tetapi
            bukan berarti bahwa hak ulayat atas tanah tersebut menjadi terhapus
            karenanya. Hak ulayat tetap melapisi atau mengatasi hak pribadi atau
            perseorangan tersebut. Hak ulayat baru pulih kembali bila orang yang
            bersangkutan telah melepaskan hak penguasaannya atas tanah ulayat
            tersebut. Sementara hak pakai membolehkan seseorang untuk memakai.
            sebidang tanah bagi kepentingannya, biasanya terhadap tanah sawah dan
            ladang yang telah dibuka dan dikerjakan terus-menerus dalam waktu
            yang lama. Sementara Van Dijk membagi tiga bentuk hak-hak atas tanah
            adat yaitu, hak persekutuan atau pertuanan, hak perorangan, dan hak




            47   Ni’matul Huda, Beberapa Kendala dalam Penyelesaian Status Hukum Tanah Bekas
                Swapraja di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jurnal Hukum, Vol. 13 No. 7 April 2000,
                hlm 108.
            48   Lastuti Abubakar,  Revitalisasi  Hukum Adat Sebagai Sumber Hukum dalam
                Membangun Sistem Hukum Indonesia, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 13 No. 2 Mei
                2013, hlm 327.
            32  Penegakan Hukum Penertiban Dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54