Page 119 - Gerakan-gerakan Agraria Transnasional
P. 119
Petani Membuat Sejarah Sendiri
adil dan tidak berkelanjutan menyerukan persoalan subsidi
ke negara-negara bersaing sehingga terikat untuk
menstabilkan harga nasional dan mata uang mereka de-
ngan mengubah aturan liberalisasi ekonomi. Aturan
tersebut merusak prinsip-prinsip solidaritas antar manusia,
dan menghancurkan populasi di pedesaan. Seorang kawan
Jose Bove yaitu Francois Dufour mengklaim: “pasar telah
menghapuskan batas-batas, dan berusaha untuk memak-
sakan keseragaman di planet ini. Sekarang terserah kita,
sebagai warga dunia untuk meningkatkan hak bagi semua
orang. Hak asasi manusia tidak berhenti pada batas-batas;
kita yang harus mengglobalisasikan mereka”(Bove dan
Dufour 2001, 190). Sementara tuntutan resmi yang
menjamin hak-hak kedaulatan pangan (termasuk perlin-
dungan) berpendapat bahwa isi dari hak-hak (akses
terhadap tanah, kredit dan perdagangan yang adil, dan
keputusan mengenai pangan untuk ditanam dan bagai-
mana) akan ditentukan oleh masyarakat dan negara itu
sendiri. Sehingga penegasan substantif reformulasi hak
kedaulatan melalui konteks spesifik terletak dalam
subjektivitas sejarah.
Bagaimana cara mewujudkan dan mempertahankan
subjektivitas yang baru? Ini adalah kunci pertanya-
annya. Semuanya merupakan proses jangka panjang dari
berbagai unsur gerakan kedaulatan pangan yang saling
berkaitan. Tidak hanya mengenai perjuangan terhadap
lahan, tetapi juga dengan perjuangan diatas lahan, yang
sudah ditetapkan oleh kesepakatan perjuangan kolektif
melawan neoliberalisme (Desmarais 2007; Wright dan
Wolford 2003). Di tempat lain, politisasi atas subjectivitas
ini diberlakukan berbeda karena di tempat tertentu
persoalan dari gerakan kedaulatan pangan menyinggung
hubungan yang berbeda dengan sistem negara nya masing-
masing. Bove mencatat pembagian dasar: “bagi masyarakat
di Selatan, kedaulatan pangan berarti hak untuk melindungi
105