Page 127 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 127

118   Aristiono Nugroho, Suharno, dan Tullus Subroto
            Prigelan) menjelaskan orang yang tergolong kaya di Desa Prigelan
            adalah Sarmin dengan kondisi sosial, sebagai berikut: Pertama, ia
            adalah  salah  seorang  pegawai  pada Dinas Pendidikan Kabupaten
            Purworejo.  Kedua, ia juga  adalah  salah  seorang  petani  di Desa
            Prigelan yang memiliki tanah sawah seluas satu hektar. Ketiga, ia
            juga  salah  seorang pengusaha penggilingan padi  dan pembibitan
            manggis di Desa Prigelan.

                Sosok Sarmin dipandang mengagumkan bagi sebagian petani
            di desa  ini,  karena dalam  segenap  tindakannya  yang  rasional
            (memperhatikan keuntungan  dan  potensi kerugian), ia masih
            sempat membangun interaksi sosial yang harmoni dengan anggota
            masyarakat lainnya.  Dengan  demikian  Sarmin  memperlihatkan
            kepada segenap anggota masyarakat, bahwa ia mampu menghayati
            (internalize)  norma  yang  berlaku  di  desa  ini  di  mana  ia  hidup,
            sehingga ia memperlihatkan performa diri (self) yang unik.
                Berbeda  dengan kondisi Sarmin  yang  tergolong kaya,  para
            petani yang tergolong sebagai kelas menengah adalah mereka yang
            memiliki  tanah  sawah  seluas lebih kurang 142  ubin. Oleh karena
            petani  yang memiliki  tanah  sawah  seluas 100  ubin memperoleh
            penghasilan Rp. 4.970.000,- per tahun, maka petani kelas menengah
            yang memiliki tanah sawah seluas 142 ubin memperoleh penghasilan
            sebesar Rp. 7.057.400,-.
                Para  petani kelas menengah  di Desa Prigelan merupakan
            kelompok utama yang mendukung strategi pertanahan, khususnya
            dalam pencapaian keadilan dan kesejahteraan. Upaya mewujudkan
            keadilan  dalam penguasaan, pemilikan,  serta penggunaan  dan
            pemanfaatan tanah mendapat dukungan, karena dipandang rasional
            oleh kelompok ini. Sementara itu, kesejahteraan merupakan salah
            satu outcome yang diharapkan dapat muncul dari penerapan strategi
            pertanahan. Kesemua ini memperlihatkan sensitivitas para petani
   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132