Page 129 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 129
120 Aristiono Nugroho, Suharno, dan Tullus Subroto
Para petani ini memiliki kesetiaan yang kuat atas identitasnya
sebagai petani, dengan tidak terlalu mempermasalahkan besarnya
biaya hidup yang harus ditanggungnya. Padahal untuk memenuhi
kebutuhan hidup bagi diri dan keluarganya, seringkali tidak dapat
dipenuhi dari penghasilannya sebagai petani. Tetapi itulah logika
yang mereka bangun, yaitu logika kesetiaan terhadap profesi, yang
merupakan artikulasi nilai-nilai yang diyakini kebaikannya oleh para
petani.
Kesejahteraan yang menjadi harapan dan keinginan para petani
Desa Prigelan juga seringkali terkendala oleh sarana produksi,
seperti benih. Oleh karena kemampuan petani yang terbatas, maka
di antara petani ada yang menggunakan benih berlabel (bermerek),
dan ada pula yang menggunakan benih tidak berlabel. Untuk tanah
sawah seluas 1 Ha dibutuhkan 25 kg benih, sehingga untuk tanah
sawah seluas 100 ubin dibutuhkan 3,5 kg benih. Konsekuensi atas
penggunaan benih berlabel dengan tidak berlabel nampak pada hasil
panennya. Benih padi ciherang yang berlabel harganya Rp. 70 ribu
per 5 kg dengan hasil 10 kuintal per 100 ubin, sedangkan benih padi
ciherang yang tidak berlabel harganya Rp. 40 ribu per 5 kg dengan
hasil 9 kuintal per 100 ubin.
Perbedaan harga di pasaran menjadi salah satu penyebab
penggunaan benih tidak berlabel oleh petani, yang akhirnya
memperlihatkan hasil panen yang tidak optimal. Tindakan ini
tetap saja rasional, karena kondisi sosio-ekonomi para petani
mendesak mereka untuk melakukan hal itu. Keputusan sebagian
petani memilih benih tidak berlabel, tidak dapat menjadi bukti atas
lemahnya semangat mereka mempertahankan identitasnya sebagai
petani. Sebaliknya, hal ini membuktikan adanya keinginan yang
kuat untuk terus menjadi petani. Akhirnya, keputusan dan tindakan
sebagian petani ini menguatkan keyakinan, tentang adanya tindakan