Page 122 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 122
Relasi Kuasa dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan 113
langsung hasil panennya ke pasar (Pasar Pituruh di Desa Pituruh).
Contoh, kelapa, bila dijual kepada tengkulak harganya hanya Rp.
1.500,- per butir; sedangkan bila dijual ke pasar harganya mencapai
Rp. 2.000,- per butir. Sementaraa itu, padi IR yang telah dijadikan
beras, dapat dijual ke pasar dengan harga Rp. 5.400,- per kg.
Motivasi para petani untuk secara langsung menjual hasil
usahanya ke pasar (Pasar Pituruh) terus didorong oleh Gapoktan
“Mekar Sari” Desa Prigelan, dan seluruh kelompok tani yang ada
di desa ini. Tujuannya antara lain agar para petani memperoleh
pendapat yang lebih baik, melalui capaian harga yang rasional di
pasar. Meskipun demikian yang dapat dilakukan oleh Gapoktan
“Mekar Sari” Desa Prigelan, dan seluruh kelompok tani yang ada
di desa ini hanyalah sebatas mendorong (memotivasi), karena tiap
petani memiliki otoritas bagi keputusan dan tindakannya masing-
masing.
Khusus mengenai tanah pekarangan, Bambang Herlambang
menjelaskan bahwa para petani cenderung memanfaatkan
keluarganya (istri dan anak) untuk menggarap tanah pekarangan.
Sebagai contoh Bambang Herlambang menjelaskan bahwa ia
dibantu oleh istrinya dalam menggarap tanah pekarangan. Menurut
Bambang Herlambang, istrinya sangat rajin mengelola tanah
pekarangan, terutama untuk menanam kangkung, suring, dan
cabai. Istri Bambang Herlambang menanam cabai di polybag, yang
ia letakkan di pekarangan, sebagai bentuk kreativitas dan ikhtiarnya
dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
Dengan demikian selain memanfaatkan tanah sawah, para
petani di Desa Prigelan juga berupaya memanfaatkan secara optimal
tanah pekarangan yang dimiliki atau digarapnya. Sebagai contoh
tambahan, ada beberapa petani di Desa Prigelan yang memanfaatkan
tanah pekarangannya untuk usaha pembibitan albasia, manggis, dan