Page 120 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 120

Relasi Kuasa dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan  111

                Pada bulan September  tanah  sawah  ditanami  padi hingga
            panen pada bulan Januari, kemudian tanah sawah dibiarkan hingga
            bulan Maret. Selanjutnya, pada bulan Maret tanah sawah ditanami
            padi kembali hingga panen pada bulan Juli, lalu ditanami kedelai
            pada bulan Juli hingga  panen  pada bulan September. Berbeda
            dengan Suparno, Jumari (Kepala Desa Prigelan tahun 2002 – 2012)
            mengungkapkan, bahwa  pada  tahun 2000-an  tanah  sawah hanya
            ditanami  padi dan kedelai,  tetapi  sekarang  telah lebih bervariasi,
            dengan ditanami padi, kedelai, dan cabai.
                Variasi  komoditas  yang ditanam di  tanah  sawah  merupakan
            salah satu  bentuk etika subsisten yang dipraktekkan  petani, yang
            juga relevan dengan prinsip safety first. Hal ini sekaligus merupakan
            basis persepsi para petani terhadap diri dan situasi di sekitarnya, baik
            dalam konteks sosio-legitimasi, dan sosio-ekologi, maupun dalam
            konteks sosio-ekonomi.  Oleh  karena  itu,  para  petani selalu siap
            mengadopsi dan beradaptasi dengan berbagai komoditas pertanian
            yang memiliki nilai komersial tinggi.

                Kondisi ini menjadi “karpet merah” bagi upaya menggalakkan
            tanaman kedelai di tanah sawah Desa Prigelan. Suparno menjelaskan
            bahwa  pada  tahun  1986  penanaman  kedelai  mulai  digalakkan.
            Sebetulnya bibit kedelai diperoleh petani Desa Prigelan dari Dinas
            Pertanian Kabupaten Purworejo secara gratis. Tetapi oleh kelompok
            tani bibit tersebut disalurkan kepada petani tidak gratis, melainkan
            dengan membayar sejumlah uang, sekedar untuk kas kelompok tani.
                Bagi  petani, menanam kedelai  cukup menjanjikan, karena
            pemasarannya mudah. Hal ini dikarenakan adanya “ngoyak”, yaitu
            tengkulak  yang  membeli  kedelai  langsung pada petani  di rumah
            petani atau di sawah dengan harga saat ini Rp. 6.000,- hingga Rp.
            7.000,-  per kg. Oleh karena banyaknya  produksi kedelai  di Desa
            Prigelan, maka telah ada 3 (tiga) kepala keluarga di Dusun Krajan Lor
   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125